Nasi Gulung dan Kirab di Pesantren Nurul Qarnain Jember

3,055 kali dibaca

Perayaan Hari Santri Nasional (HSN) 2021 di Pondok Pesantren Nurul Qarnain Sukowono, Jember pada Jumat, 22 Oktober 2021 berlangsung meriah nan semarak. Diawali dengan kirab santri, lalu upacara HSN, dan makan nasi gulung bersama.

Seluruh rangkaian kegiatan peringatan HSN 2021 ini diinisiasi pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qarnain Sukowono KH Yazid Karimullah. “Sejak awal ditetapkan Hari Santri Nasional pada 2015, kami selalu melaksanakan acara sesuai hasil musyawarah bersama keluarga besar pondok pesantren. Namun, di tahun ini kami menggelar tiga acara sekaligus dalam sehari,” tutur koordinator perayaan HSN 2021, Nyai Hj Zulfa Yazid.

Advertisements

Rangkaian kegiatan HSN diawali dengan Kirab Santri. Barisan Kirab Santri dilepas oleh KH Yazid Karimullah pada pukul 06.00 WIB. Rutenya dimulai dari di depan kediaman pengasuh melewati depan asrama putri menuju gerbang barat –pintu masuk ke auditorium KH Yazid Karimullah– dan finish di halaman Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Nurul Qarnain yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan upacara Hari Santri Nasional.

Setelah santri berkumpul di halaman Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah , pada pukul 07.00 WIB  dilaksanakan upacara HSN yang diikuti seluruh santri, pengurus pesantren, guru, dosen, dan asatiz.

“Petugas upacara yang ditetapkan bergantian seiring waktu. Kali ini yang dipilih sebagai petugas upacara adalah siswa kelas XII Madrasah Aliyah dan siswa kelas XI Madrasah Diniyah Muadalah Aliyah Nurul Qarnain. Sementara Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Nurul Qarnain kami putuskan sebagai inspektur upacara,” sambung putri ketiga pengasuh tersebut.

Seragam santri sebagai peserta upacara juga ditentukan oleh pihak pengurus pesantren. Santri putri berkerudung dan berbaju putih, serta memakai rok hijau. Santri putra mengenakan peci putih, baju putih, dan bersarung sesuai seragam madrasah sore. Seragam petugas upacara pakai songkok nasional, baju putih, sarung gelap dan bersepatu hitam. Sementara untuk dewan guru, dosen dan asatiz ditetapkan memakai songkok nasional, baju putih dan sarung gelap. Sedangkan khusus asatizah berseragam gamis putih polos dan berkerudung putih.

Dalam upacara HSN ini, bertindak selaku inspektur adalah Ustaz Zaini. Saat menjadi inspektur upacara, Ustaz Zaini juga memberikan beberapa amanat kepada warga pesantren. Pertama, kaum santri harus terus menjaga dan memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab, dari zaman penjajahan, peran santri seperti tidak ada habis-habisnya dalam memperjuangkan kesatuan dan keutuhan Tanah Air.

Kedua, pesantren menjadi benteng dari radikalisme. Semakin berkembangnya era saat ini, terkadang menjadikan beberapa orang untuk disusupi oleh paham yang bertentangan dengan ideologi Indonesia, yaitu Pancasila. Santri harus bisa membasmi radikalisme dengan memaknai secara benar agar terhindar dari hal-hal yang memicu perpecahan di Tanah Air. “Oleh karena itu, jadi santri tidak hanya paham ilmu agama saja, tetapi wajib hukumnya menjaga negara dari paham-paham radikal,” katanya.

Ketiga, santri harus menyebarkan Islam moderat. Islam selalu mengajarkan untuk selalu menghindari hal-hal atau perilaku buruk dan lebih banyak menyebarkan kebaikan. Konsep ukhuwah atau persaudaraan tersebut, mengajarkan agar selalu berperilaku baik dan tidak menyakiti orang lain.

“Ada tiga ukhuwah, di antaranya ialah ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama bangsa) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia). Inilah pesan ajaran dari Ahlussunnah wal Jama’ah di bawah garis komando pendiri dan perintis Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,” jelas Ustaz Zaini.

Seusai upacara, tiba giliran makan nasi gulung bersama santri dengan seluruh dewan guru, dosen, dan asatiz yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Nurul Qarnain.

“Makan bersama dengan nasi digulung ke daun pisang seperti ini mengandung kesan dan hikmah yang luar biasa. Di antaranya, untuk mempererat silaturrahim antar lembaga di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Qarnain, meningkatkan solidaritas antar guru, serta bernostalgia ke masa masih nyantri saat rebutan makan nasek tabhek (nasi kiriman),” ungkap Nyai Hj Zulfa Yazid,.

“Semoga pada pelaksanaan Hari Santri Nasional tahun mendatang, kami dapat menyelenggarakan acara yang lebih meriah dari tahun ini,” harapnya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan