Mulutmu, Nerakamu

1,333 kali dibaca

Ucapkan atau perkataan adalah representasi pribadi seseorang. Apa yang diucapkan, apa yang keluar dari mulut seseorang, akan mewakili isi otaknya. Sebab, bagaimana orang akan berucap bila memang ia tidak membalut dengan sisi pribadi dirinya. Pengetahuan atau informasi yang didapat dari luar juga akan membentuk bagaimana ia berucap dan berkata-kata.

Karena itu, orang tidak bisa sembarang berucap. Ada adagium “mulutmu adalah harimaumu”, sebuah perumpamaan yang menegaskan kekuatan dan kebuasan mulut berucap. Bisa saja itu akan menolong sang pengucap dari serangan orang, atau justru sebaliknya akan membunuh pengucapnya sendiri atas kesalahan ucapan yang dikatakan.

Advertisements

Karena itulah, Islam selalu mengajarkan agar setiap orang mampu menjaga lisannya, mengontrol ucapan dan kata-katanya. Allah telah menegaskan bahwa manusia harus berucap secara benar dan itu juga merupakan bentuk ketakwaan kepada Allah.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71).

Berkaitan dengan itu, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berisi tentang perlunya mengontrol diri dalam berucap dan berkata alias menjaga lisan. Sebab, seseorang bila beriman kepada Allah dan hari kiamat pastinya ia akan berkata atau berucap yang baik, bila tidak bisa, sebaiknya diam saja!

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الاخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Hurairah, bahwasanya Rasulallah bersabda, ‘Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik, atau diam saja.’” (HR: Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits ini ada pernyataan tentang keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir dikaitkan dengan pentingnya menjaga lisan. Tujuannya, agar manusia hati-hati lisannya, karena efeknya sangat luar biasa. Banyak peristiwa telah membuktikan, berapa banyak orang yang hancur gara-gara mulutnya tak diatur, hubungan persaudaraan pecah gara-gara lisannya tak terarah, jabatan tersingkir gara-gara omongan yang tidak dipikir.

Karena itu, KH Mujib Imron, Pengasuh Pondok Pesantren Alyasini, pernah memberi nasihat agar kita senantiasan berucap yang baik, salah satunya dengan memperbanyak mengucapkan hamdalah, الْحَمْدُ لِلَّهِ. Bila kita pahami perkataan الْحَمْدُ لِلَّهِ ini memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan (fadhilah).

Adapuan, penjelasan keutamaan dalam pembacaan الْحَمْدُ لِلَّهِ bisa diketahui sebagai berikut. Pertama, apabila seseorang mengucapkan tahmid-hamdalah akan dituliskan 30 kebaikan dan dihapuskannya 30 kesalahan. Hadroturrosul SAW telah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ اصْطَفَى مِنْ الْكَلَامِ أَرْبَعًا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ قَالَ وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِهَا عِشْرُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ عِشْرُونَ سَيِّئَةً وَمَنْ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَ لَهُ بِهَا ثَلَاثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا ثَلَاثُونَ سَيِّئَةً

Artinya: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memilih empat perkataan, yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, dan Allahu Akbar. Barangsiapa mengucapkan ‘Subhanallah’, maka akan dituliskan untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa mengucapkan ‘Allahu Akbar’, maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Barangsiapa mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’, maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Dan barang siapa mengucapkan ‘Alhamdulillahi Rabbil alamin’ dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapuskan darinya tiga puluh kesalahan.” (HR Ahmad).

Kedua, الْحَمْدُ لِلَّهِ adalah sebaik-baiknya doa. Yang mana sebaik-baik dzikir adalah lailahaillah, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ

Artinya: “Dari Jabir bin Abdillah RA, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallah dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah.’” ( HR. Tirmidzi).

Maka, ucapan الْحَمْدُ لِلَّهِ ini adalah bentuk doa yang sering kita awali di setiap berdoa kepada Allah, dan juga mengucapkan الْحَمْدُ لِلَّهِ adalah bentuk syukur atas nikmat Allah. Secara tidak langsung ini berarti berdoa dan juga melaksanakan kewajiban bersyukur, Sebagaimana Allah menerangkan, barang siapa bersyukur kepada-Ku, maka akan Kutambahkan Nikmat-Ku.

Syukur nikmat dengan mengucap الْحَمْدُ لِلَّهِ adalah bentuk sopan-santun dan akhlak kita kepada Allah. Jangan bersikap kufur dengan selalu meratapi apa yang sudah dimiliki, karena hal tersebut merupakan sebuah bentuk kelancangan kepada Allah.

Selanjutnya, ada penjelasan yang unik dari Kiai Shaleh Darat perihal keutamaan dan kemuliaan hamdalah yang bunyinya seperti ini:

“I’lamWeruha sira kabeh mukallaf! Setuhune kalimah Alhamdulillah iku kalimah kang mulya lan agung faḍilahe maka wajib arep angereksa ing iki kalimah aja kasi den muqābalah-aken maring barang kang maksiat utawa barang kang ina mungguh syara.”

Terjemah dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

“I’lam (ketahuilah: Arab) ketahuilah kalian semua orang mukallaf! Sesungguhnya kalimat Alhamdulilah itu merupakan kalimah yang mulia dan agung faḍilahnya. Maka wajib untuk menjaga kalimah ini, jangan sampai di-muqābalah-kan (dibandingkan) dengan sesuatu yang maksiat atau sesuatu yang hina menurut syara.”

Kiai Sholeh Darat menegaskan bahwa kalimah mulia dan banyak fadhilah ini harus dijaga dengan tidak digunakan untuk hal-hal yang salah.

Dalam kitabnya, Kiai Sholeh Darat juga mencantumkan hikayat seseorang yang harus bertaubat selama 30 tahun karena salah dalam mengucapkan “Alhamdulillah”. Hikayat yang tertulis dengan bahasa Jawa dalam huruf pegon, bila diterjemahkan kurang lebihnya sebagai berikut:

Berkatalah seorang murid kepada Syaikh Sirriy as-Saqaṭī, “Bagaimana caraku menjaga kalimat (Alhamdulillah) ini?” Beliau menjawab: “Saya sudah 30 tahun bertobat kepada Allah karena meminta ampunan atas ucapanku yang berupa Alhamdulillah.”

Lalu murid itu berkata: “Bagaimana bisa seperti itu?” Syaikh Sirriy as-Saqaṭī menjawab, “Suatu hari di Baghdad ada kebakaran. Semua rumah dan toko penduduk terbakar. Lalu ada seseorang yang mengabariku bahwa tokoku tidak terbakar, maka aku mengucapkan ‘Alhamdulillah’. Hal itu berarti aku merasa gembira karena tokoku tidak terbakar, sedangkan toko semua orang telah terbakar. Padahal, salah satu dari hak-hak orang yang ahli agama dan menjaga marwahnya adalah tidak gembira karena tokonya selamat, sedangkan toko semua orang telah terbakar. Maka dari itulah aku beristighfar selama 30 tahun dari dosa tersebut.”

Hikayat di atas telah memberi kita pelajaran bahwa berbuat baik sekalipun harus tetap mempertimbangkan tempat dan keadaan. Manusia memang harus mengikuti aturan agama, namun bukan berarti boleh mengesampingkan etika terhadap sesama manusia. Sehingga, mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dan bergembira saat orang lain menderita, ditetapkan sebagai dosa dan neraka ancamannya.

Dari cerita tersebut kita bisa mengambil pelajaran atas pentingnya berucap atau berkata yang baik serta mendasarinya dengan tuntunan Rasul. Bahkan, sekalipun berucap hamdalah, harus tetap memahami makna dengan tetap mempertimbangkan tempat dan keadaannya. Sebab mengucapkan ‘Alhamdulillah’ tanpa memahami maknanya tidak akan lebih baik.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan