Merayakan Kekalahan

178 kali dibaca

“Kita kalah, Ma.”
“Kita telah melawan Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

***

Advertisements

Itulah percakapan terakhir antara Minke dan Nyai Ontosoroh yang merangkum seluruh cerita dari Bumi Manusia, bagian pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Kekalahan yang terhormat bukanlah kiamat. Ia justru akan melahirkan daya hidup baru untuk mengobarkan perjuangan dan perlawanan terhadap ketidakadilan, yang menjadi jantung cerita dari keseluruhan Tetralogi Buru tersebut.

Minke dan Nyai Ontosoroh memang harus melawan. Mereka melawan melalui peradilan yang mereka tahu tidak akan adil. Tapi dengan itu, mereka telah melawan dengan cara sebaik-baiknya, melawan dengan cara sehormat-hormatnya.

Yang mereka lawan adalah ketidakadilan ini: Oleh Kerajaan Belanda, pernikahan Minke dengan Annelies memang dinilai tidak sah lantaran gadis keturunan Belanda itu dianggap masih di bawah umur. Sementara, karena statusnya sebagai gundik, Nyai Ontosoroh dianggap bukan sebagai pewaris atas aset peninggalan ayah Annelies. Bahkan, ia tak berhak menyandang status sebagai “ibu” bagi Annelies.

Karena Annelies dianggap sebatang kara dan masih di bawah umur, pengadilan akhirnya memerintahkannya untuk dipulangkan ke negeri Belanda —dan seluruh aset peninggalan ayahnya dikuasai Belanda. Ketika bayangan Annelies menghilang dibawa kereta kuda yang mengantarnya untuk berlayar ke Belanda, Minke hanya bisa menunduk dan berucap lirih kepada Nyai Ontosoroh.

“Kita kalah, Ma.”
“Kita telah melawan Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

Percakapan itu menggambarkan betapa Nyai Ontosoroh mengajarkan kepada anak spiritualnya itu untuk menghadapi kekalahan dengan kepala tegak, tentu sepanjang perlawanannya dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Nilai yang ditanamkan Nyai Ontosoroh adalah, ketika menghadapi ketidakadilan, yang wajib dilakukan adalah melawan ketidakadilan itu dan berjuang menegakkan yang diyakini sebagai kebenaran. Meskipun tahu akan kalah, anak-anak bumi manusia tak boleh menyerah. Harus tetap berjuang dan melawan. Karena itu, meskipun kalah, Nyai Ontosoroh mengajak Minke tetap berdiri dengan kepala tegak penuh kebanggan karena telah melakukan perlawanan. Perlawanan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Begitulah Nyai Ontosoroh merayakan kekalahan.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan