Menjadi Pahlawan Hari ini

321 kali dibaca

Sudah menjadi tradisi, tiap 10 November rakyat Indonesia merayakan Hari Pahlawan Nasional. Selain upacara, perayaan juga dilakukan dengan berbagai cara, salah satu misalnya mengibarkan bendera merah putih setengah tiang.

Beberapa tokoh agama dan masyarakat melakukan prosesi tabur bunga di makam pahlawan terdekat. Semua itu dilakukan sebagai bentuk penghargaan dan penhormatan pada jasa pahlawan, sekaligus mendoakan yang sudah gugur dalam medan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sesuai dengan pernyataan monumental dari Ir Soekarno bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawan.

Advertisements

Kepahlawanan Santri

Penetapan Hari Pahlawan Nasional ini merujuk pada peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa pertempuran itu tidak bisa lepas dari momentum Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari. Ketika itu, Kiai Hasyim menyampaikan perintah perang (resolusi jihad) langsung di depan Bung Karno Soekarno saat berada di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Saat itu, pasukan Sekutu akan datang ke Indonesia dengan maksud mengambil alih kekuasaan Jepang atas Indonesia. Ini sangat menjengkelkan, karena secara terang-terangan Sekutu telah menafikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Seruan perang ini menjadi jihad fi sabilillah bagi rakyat, khususnya santri yang tidak memiliki keraguan sedikitpun untuk berperang. Padahal, terdapat kesenjangan yang sangat signifikan antara senjata Sekutu dengan senjata pribumi.

Lalu dengan lantang Bung Tomo menyerukan kalimat takbir Allahu Akbar untuk menggerakkan hati para pemuda. Aksi Bung Tomo tersebut merupakan perintah langsung dari KH Hasyim Asy’ari untuk menjadi orator perang yang akan membakar semangat juang pemuda. Perintah perang (resolusi jihad) tersebutlah yang kelak akan melahirkan Hari Santri Nasional di Indonesia setiap tanggal 22 Oktober.

Selang beberapa hari, datanglah pasukan Sekutu ke Surabaya. Mereka sempat kewalahan menghadapi rakyat Indonesia yang lebih banyak. Sehingga mereka meminta presiden pertama Indonesia untuk menghentikan pertempuran. Namun, karena licik, mereka menggunakan mesin pembunuhnya untuk mengultimatum rakyat Indonesia agar bertekuk lutut kepada Sekutu, yang sama artinya dengan tidak mengakui Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

2 Replies to “Menjadi Pahlawan Hari ini”

Tinggalkan Balasan