Mengenang Abuya Uci yang Pernah Nyantri di 32 Pesantren

6,379 kali dibaca

Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Selasa (6/4/2021) lalu, umat Islam Indonesia kehilangan salah satu ulama kharismatis. KH Uci Thurtusi atau Abuya Uci Thurtusi, Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah Cilongok, Pasar Kemis, Tangerang, Banten, meninggal dunia.

Kabar duka ini mengejutkan bagi ribuan jamaahnya. Sebab, beberapa hari sebelumnya Abuya Uci Thurtusi masih terlihat sehat bugar, tak ada tanda-tanda sedang menderita sakit. Bahkan, dua hari sebelumnya Abuya Uci Thurtusi masih memimpin pengajian rutin Minggu pagi (4/4/2021). Abuya Uci memang saban Mingu pagi menggelar pengajian terbuka untuk masyarakat umum di Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah. Jamaah yang datang bisa mencapai ribuan. Jamaah banyak datang dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Advertisements

Pada pengajian Minggu pagi (4/4/2021) itu, Abuya Uci sempat berpesan bahwa Minggu 11 April 2021 akan menjadi pengajian penutup karena akan memasuki bulan Ramadan. Karena itu, kabar Abuya Uci wafat mengagetkan jamaahnya.

“Pengajian Minggu kemarin Abah Uci bilang, hari Minggu depan penutupan (pengajian). Memang tiap tahun selama bulan puasa, pengajian hari Minggu libur dulu. Gak nyangka, pengajian kemarin justru yang terakhir,” ujar Suhendi, salah satu jamaah.

Belajar di 32 Pesantren

Semasih hidup, Abuya Uci tergolong salah satu ulama yang kharismatis, yang dekat dan bersahabat dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dus) dan Habib Luthfi bin Yahya. Selain dikenal tokoh yang mendalami ilmu agama, Abuya Uci juga dipercaya sebagai kiai yang memiliki berkah. Karena itulah, jamaah pengajiannya tiap Minggu bisa mencapai ribuan orang dari berbagai kalangan.

Abuya Uci memang terlahir dari keluarga pesantren. Ayahnya adalah Abuya Dimyathi al-Bantani, pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah. Pendidikan agama pertama Abuya Uci diperoleh dari ayahnya. Namun, saat remaja, Abuya Uci dikenal sebagai orang yang haus akan ilmu. Hal itu terlihat dari jejak pendidikannya. Tercatat, Abuya Uci pernah belajar di 32 pesantren selama 32 tahun!

Yang menarik, lama waktu Abuya Uci belajar di tiap pesantren berbeda-beda meskipun jumlah pesantren dan tahunnya sama: 32. Konon, ada kalanya Abuya Uci mondok di satu selama tiga tahun. Namun, sekali waktu cuma sehari. Ada cerita menarik di baliknya. Beberapa kiai atau pengasuh pondok tidak berani menerima Abuya Uci sebagai santrinya setelah mengetahui yang bakal berguru adalah putra dari Abuya Dimyathi al-Bantani.

Setelah sang ayah wafat, Abuya Uci menjadi pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Al-Istiqlaliyah yang berdiri sejak tahun 1957 itu. Pesantren ini berdiri di atas lahan seluas ± 4,5 hektare. Yang menarik, di lingkungan komplek pesantren ini terdapat empat masjid, tiga masjid berada di dalam pesantren dan satu lagi berada di luar pesantren. Keempat masjid itulah yang menjadi tempat masyarakat umum mengikuti pengajian Abuya Uci.

Yang menarik juga, meskipun telah menjadi salah satu ulama terkemuka di Indonesia, Abuya Uci konsisten menggunakan bahasa Sunda dalam setiap ceramah atau pengajian yang diampunya. Meskipun tetap bahasa Sunda, nyatanya pengajian mingguannya di Pesantren Salafiyah Al-Istiqlaliyah itu kerap dihadiri ulama atau tokoh dari berbagai daerah dan beberapa negara lain seperti Mesir, Yaman, Arab Saudi, India, Irak, dan Maroko.

Kehadiran ulama atau tokoh dari berbagai daerah dan negara itu menunjukkan kebesaran sosok Abuya Uci yang diterima beragam kalangan.

Multi-Page

One Reply to “Mengenang Abuya Uci yang Pernah Nyantri di 32 Pesantren”

Tinggalkan Balasan