Mengenal “Gus Durnya Yogya”

1,394 kali dibaca

Ketika mendengar nama Mahalli, tentu kita akan ingat pada salah satu ulama ahli tafsir yang sudah mendunia dan karya tafsirnya biasa dikaji di setiap pondok pesantren Nusantara: Jalaluddin al-Mahalli. Kitab tafsirnya sangat popular, Tafsir Jalalain.

Akan, tetapi Al-Mahalli yang saya maksud di sini adalah sebuah pesantren di daerah Pleret, Bantul, Yogyakarta. Pondok Pesantren Al-Mahalli didirikan oleh seorang kiai kampung, yaitu KH Muhammad Mahalli bin Abdullah Umar.

Advertisements

Pesantren ini mendapat perhatian yang luas dari masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah Pleret dan sekitarnya, termasuk saat ini Pesantren Al-Mahalli diasuh oleh KH.Ahmad Mudjab Mahalli, putra dari KH Muhammad Mahalli bin Abdullah Umar.

Kiai Mudjab Mahalli merupakan seorang ahli tafsir Nusantara. Adapun, kitab tafsir yang ditulisnya adalah Tafsir al-Mahali dan Tafsir al-Furqon. Yang menarik, Kiai Mudjab juga sering dijuluki sebagai Gus Durnya Yogya atau “Gus Dur dari Yogya”. Julukan diberikan lantaran Kiai Mudjab Mahalli memang memiliki kemiripan dengan KH Abdurrahman Wahid, baik secara fisik maupun gaya humornya dalam berdakwah. Selain itu, saat Kiai Mudjab masih hidup, Gus Dur pun sering main ke pesantrennya.

KH Ahmad Mudjab Mahalli dilahirkan pada 25 Agustus 1958 di Bantul. Beliau dilahirkan dari pasangan Kiai Muhammad Mahalli dengan Nyai Dasimah. Tidak terlalu banyak literatur yang membicarakan Kiai Mudjab kecil. Adapun, pendidikan formal yang pernah diikuti oleh Kiai Mujdab sampai Pendidikan Guru Agama di Wonokromo.

Setelah selesai dari PGA, oleh ayahnya, Kiai Mudjab Mahalli dititipkan kepada Kiai Busyro yang tidak lain masih iparnya untuk dicarikan pondok pesantren. Pada akhirnya Mudjab muda dibawa untuk sowan ke Mbah Kiai Hamid Kajoran, seorang ulama dan wali besar di daerah Magelang.

Namun, oleh Mbah Hamid, Mudjab muda malah disarankan untuk nyantri di Pesantren Salafiyah Banjarsari, Tempuran, Magelang di bawah pimpinan seorang alim dan zuhud, yaitu KH Muhammad Syuhudi. Akhirnya, Mudjab muda belajar pada Kiai Muhammad Syuhudi selama sembilan tahun.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan