Mengajar dengan Hati Bersama D Zawawi Imron

854 kali dibaca

 

Hari ini, Kamis, 18 November 2021, bertempat di SMPN 1 Batang-Batang, Sumenep, Madura. dilaksanakan sebuah kegiatan, yaitu Seminar Pendidikan dengan tema “Mengajar dengan Kasih”. Budayawan dan penyair Madura, KH D Zawawi Imron, didapuk sebagai nara sumber satu-satunya dalam seminar kali ini.

 

Seminar Pendidikan pada kesempatan kali ini diawali dengan penampilan tarian daerah, Muwang Sangkal, sebagai bagian dari menggali nilai-nilai budaya kemaduraan. Kemudian acara dibuka dengan pembacaan basmalah yang dilanjutkan dengan sambutan Kepala Sekolah Moh Rahman dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, yang dalam hal ini disampaikan Moh Iksan MT.

Advertisements

Setelah sambutan Kepala Dinas yang sekaligus membuka acara Seminar Pendidikan kali ini, dilanjutkan dengan doa. Selanjutnya merupakan acara inti, yaitu Seminar Pendidikan “Mengajar dengan Kasih” yang dikomandoi (moderator) oleh Rusdi El Umar. Dalam pengantar acara seminar, moderator berharap bahwa kegiatan ini menjadi pelecut kita sebagai pendidik di suatu lembaga pendidikan untuk bekerja dengan marwah kesejatian seorang pendidik.

Kemudian moderator menyerahkan waktu sepenuhnya kepada D Zawawi Imron untuk menyampaikan materi seminar. D Zawawi Imron yang merupakan penyair dan penulis produktif ini menyampaikan bahwa konsep mengajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam tema merupakan model pengajaran Rasulullah saw.

“Rasulullah saw berdakwah dengan kasih sayang, lemah lembut, santun, dan tentu saja dengan senyum yang keluar dari hati yang paling dalam,” demikian Zawawi mengawali penjabarannya.

Senyum, menurut D Zawawi Imron, adalah salah satu teknis dalam pembelajaran dengan kasih. Terkait dengan ini, Rasulullah saw bersabda,” Tabassamuka ‘ala wajhi ahika shadaqah, bahwa senyum kepada saudara kita adalah sedekah.” Pendidikan kasih sayang merupakan dasar pokok untuk mencapai kesuksesan. Oleh karena itu pendidikan yang baik adalah pengajaran yang dilakukan dengan wajah yang berseri-seri.

“Ketika lahir kedunia, kita sudah disuguhi oleh kasih dan sayang dari sekitar kita,” demikian  Zawawi menjelaskan terkait dengan konsep mengajar dengan kasih dan sayang. Oleh sebab itu, maka sudah seharusnya kita memberikan pelajaran dengan penuh kasih dan sayang serta kesabaran dalam menghadapi berbagai problematika pendidikan. Demikian juga bahwa mengajar harus didasarkan pada niatan yang tulus demi memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

Dalam memberikan penjabaran materi D Zawawi Imron dimumbui dengan humor-humor segar sehingga tidak membosankan para peserta seminar. Seperti sebuah pantun yang disampaikan dalam bahasa Madura, “Juko’ bulus macem barna/Melle bandheng sesse’na pote#Reng se bagus tatakramana/Mon epandheng macellep ate. Maksudnya bahwa orang yang memiliki etika yang baik (akhlakul karimah) akan memberikan kedamaian kepada orang-orang di sekitarnya.

Menyitir sebuah hadis, “Tidaklah beriman salah seorang dari kalian jika tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” Bahwa seharusnya sebagai seorang saudara harus memberikan nilai kasih kepada orang lain. Begitu juga dengan guru, harus memberikan nilai cinta dan kasih kepada semua peserta didik tanpa memandang status sosial. Jika itu yang dilakukan, maka seorang guru akan terus dikenang oleh para siswa bahkan hingga kita menghadap kepada Allah swt.

Sedangkan modal utama untuk dapat mengajar dengan kasih adalah ate se cokla. Yaitu kondisi hati kita yang bersih, suci, dan memancarkan cahaya cinta. Menyitir kata-kata Sunan Derajat, Zawawi mengatakan, “Dadiyo wong sing iso rumongso, duduk wong sing rumongso iso, jadilah orang yang bisa merasa, bukan menjadi orang yang merasa bisa.

Seminar Pendidikan kali ini dihadiri oleh para kepala sekolah, guru, dan masyarakat di sekitar SMPN 1 Batang-Batang. Tidak kurang dari 150 peserta tekun dan cermat mengikuti pemaparan dari D Zawawi Imron yang juga terkenal dengan julukan si Celurit Emas. Para peserta begitu antusias dalam mengikuti seminar, hingga tidak terasa waktu yang begitu panjang pun terasa sesaat. Seminar ini dikahiri dengan tanya jawab yang tanpa disangka-sangka, mereka para peserta begitu bersemangat dalam mengajukan beragam pertanyaan.

Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh peserta seminar adalah bentuk “kekerasan” yang sesekali harus dilakukan guru karena suatu alasan. Dalam hal ini, Zawawi menjelaskan bahwa kita boleh tegas tapi tidak boleh keras. Ketegasan adalah bentuk kasih demi kebaikan peserta didik, sementara kekerasan adalah bentuk emosional yang tidak boleh terjadi dalam dunia pendidikan.

Maski para peserta begitu antusias, namun waktu harus mengakhiri acara Seminar Pendidikan kali ini. Jam 12.00 WIB acara pun ditutup dengan semangat yang menyala untuk mengaplikasikan tema seminar dalam ruang-ruang kelas. Semoga ke depan kita masih diberi waktu untuk kembali menimba ilmu dari orang-orang yang lebih berpengalaman. Wallahu A’lam!

Multi-Page

2 Replies to “Mengajar dengan Hati Bersama D Zawawi Imron”

Tinggalkan Balasan