“Menara Kudus”, Transmitter Ilmu Pengetahuan

1,608 kali dibaca

Judul tulisan ini diambil dari salah satu subbab dalam buku ini yang rupanya cukup menggambarkan peran penting Menara Kudus dalam penerbitan dan literatur keislaman, khususnya kitab kuning untuk kalangan pesantren dan buku-buku keislaman pada umumnya. Transmitter sendiri berarti pemancar. Berawal dari sinilah pancaran ilmu pengetahuan para kiai dapat tersebar luas hingga ke pelosok negeri.

Geliat perjalanan penerbitan buku maupun kitab kuning dalam dunia keislaman mungkin tidak begitu banyak dibicarakan. Padahal perannya amat besar dalam menunjang kebutuhan serta sebagai sarana pembelajaran dalam dunia pendidikan baik di pesantren maupun sekolah-sekolah Islam lainnya di luar pesantren. Salah satu penerbit yang tidak asing dalam menerbitkan karya-karya keislaman pada masa awal adalah penerbit Menara Kudus. Penerbit legendaris ini didirikan di Kudus, Jawa Tengah, pada 1952.

Advertisements

Penulis buku Menara Kudus; Riwayat Sebuah Penerbit, Jamaluddin, ini mengutip Martin Van Bruinessen, seorang antropolog asal Belanda, yang menjelaskan bahwa Menara Kudus adalah penerbit awal non-Arab satu-satunya untuk jenis kepustakaan buku-buku keislaman berbahasa Arab di Indonesia. Sebelumnya, dunia penerbitan kitab kuning dimonopoli oleh orang-orang muslim keturunan Arab. Hal itu dimulai sejak 1854, saat ada satu percetakan di Surabaya, di bawah kepemilikan Husain bin Muhammad bin Husain al Habsi.

Dalam kurun waktu 1848 hingga 1856, pemerintah kolonial memang sempat memberi kelonggaran dalam dunia penerbitan. Tetapi setelahnya pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan yang lebih ketat, sehingga buku-buku keislaman untuk kebutuhan kalangan muslim di Hindia Belanda pun hanya bisa diimpor dari Kairo, Makkah, Singapura, dan India. Tetapi, setelahnya, pada 1869, Sayyid Usman, seorang keturunan Arab di Batavia, yang diangkat sebagai penasihat kehormatan untuk urusan Arab oleh Snock Horgronje, juga mulai menggeluti dunia percetakan dan penerbitan.

Hingga pada abad ke-20 dunia penerbitan buku-buku keislaman terus mengalami perkembangan. Penerbit Menara Kudus hadir dengan terbitan buku keislaman yang lebih khas. Dalam menerbitkan kitab, misalnya, penerbit Menara Kudus memberikan tanda baca (harakah) yang disertai terjemahan baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa dengan menggunakan huruf Arab pegon yang berada di tengah tengah antarteks isi (matan).

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan