Mempertahankan Semangat Menulis Lewat Dunia Santri

865 kali dibaca

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

Penggalan kalimat yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer tersebut begitu memotivasi kita untuk menulis. Membaca dan menghayati kalimat yang ditulis oleh penulis hebat tersebut seolah menggambarkan betapa pentingnya menulis.

Advertisements

Menulis adalah sebuah proses menciptakan suatu catatan, informasi, atau cerita menggunakan aksara. Menulis dapat dilakukan di berbagai media dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Tapi awalnya, menulis dilakukan menggunakan gambar, seperti tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.

Kemudian dilanjutkan dalam bentuk tulisan aksara yang muncul sekitar 5.000 tahun lalu. Selain itu, menulis juga proses menuangkan kreativitas atau gagasan seseorang ke dalam bentuk tulisan yang memudahkan pembaca mengaksesnya.

Saat ini, kegiatan menulis menjadi salah satu yang paling banyak diminati, apalagi wadah bagi penulis untuk mempublikasikan karya tulisnya semakin banyak, baik berupa media cetak maupun digital.

Selain itu, menulis juga salah satu perintah yang diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW melalui 5 ayat pertama di surat Al Alaq spesifiknya di ayat keempat, Allah berfirman, “Yang mengajar (manusia) dengan pena”. Menurut Qatadah, maksud dari pena dalam ayat tersebut adalah tulisan; bahwa Allah mengajarkan manusia melalui tulisan.

Ia juga melanjutkan, “(Melalui ayat ini pula) Allah mengingatkan kita akan keutamaan ilmu dan menulis, sebab dua kegiatan tersebut mampu memberikan manfaat yang besar. Oleh karena itu menulis mestinya menjadi kegiatan pilihan bagi setiap orang.

Lewat menulis ada banyak manfaat yang dapat diperoleh, mengambil informasi dari Horiston dalam karya tulis Darmadi (1996:3-4), beliau menjelaskan berbagai manfaat menulis. Di antaranya, untuk mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar, membantu memunculkan ide baru, melatih kemampuan membangun ide, melatih sikap objektif pada orang lain, membantu diri memecahkan masalah dan mendorong seseorang lebih aktif mencari informasi.

Menulis juga dapat dijadikan sebagai jalan meraih kesukesan. Banyak penulis profesional yang telah membuktikannya. Hanya dengan membuat sebuah buku, para penulis tersebut bisa meraih penghasilan jutaan bahkan sampai ratusan juta tergantung dari kualitas buku yang dibuatnya. Semakin berkualitas sebuah buku, maka akan semakin banyak yang membeli dan penghasilan yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

Selain itu, menulis juga dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan. Hal ini bisa dilihat dari para ulama yang telah memilih media tulisan sebagai caranya untuk berdakwah. Berkat tulisan, sampai sekarang pemikirannya masih dapat dibaca oleh banyak orang. Para ulama tersebut diantaranya adalah Imam Syafi’i, Imam Ath-Thabari, Imam An Nawawi, dan ulama-ulama hebat lainnya.

Dari para ulama-ulama itu juga kita dapat mengambil inspirasi tentang menjaga komitmen dalam menulis. Seperti yang ditunjukkan oleh Imam Ath-Thabari yang sudah memulai menulis hadis di usianya sembilan tahun. Khatib al-Baghdadi dari ‘Ali bin Ubaidillah al-Lughawi as-Samsi juga menyebutkan bahwa Ath-Thabari aktif menulis selama 40 tahun.

Mempertahankan komitmen menulis begitu penting di zaman sekarang ini, apalagi Indonesia yang dinyatakan seabagai negara dengan tingkat literasi yang rendah. Sebagaimana dikutip dari laman perpustakaan.kemendagri.go.id, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara terkait dengan tingkat literasi. Negara kita merupakan 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah.

Peringkat ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan melalui Program for International Student Assessment (PISA), yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 silam (kompasiana,2022). Salah satu penyebab dari permasalahan tersebut adalah rendahnya minat membaca dan menulis masyarakat Indonesia. Maka sekali lagi mempertahankan komitmen menulis mesti menjadi spirit yang harus disebarkan kepada siapa pun.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempertahankan komitmen menulis, di antaranya adalah dengan memperbanyak jumlah bacaan, membuat target tulisan yang harus diselesaikan setiap pekan, mengikuti berbagai pelatihan kepenulisan, memiliki teman-teman yang hobi menulis, dan bergabung dengan komunitas atau organisasi kepenulisan.

Apalagi di zaman digital seperti sekarang ini, ada banyak media yang menyediakan layanan publikasi tulisan, termasuk duniasantri.co yang sangat mengapresiasi berbagai jenis tulisan santri. Di media tersebut ada banyak jenis tulisan santri yang dimuat, sifatnya yang fleksibel membuat para santri tertarik berlomba-lomba mempublikasikan karyanya di media berisi tulisan para santri tersebut. Semoga saja dengan begitu semangat menulis akan semakin terjaga bahkan dapat meningkat.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan