Memetakan Moderasi Beragama ala NU

1,142 kali dibaca

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah satu organisasi sosial keagamaan dengan jumlah anggota terbanyak. Kurang lebih sebanyak 108 juta jiwa tergabung dalam NU. Jumlah tersebut menjadikannya sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di dunia. Dengan nama besar NU tersebut, banyak orang menyandarkan harapan pada NU. Mereka berharap NU konsisten sebagai jami’iyah diniyah ijtima’iyah yang tidak melibatkan diri dalam kontestasi politik kekuasaan.

Selain itu, NU diharapkan bisa menjadi trendsetter pemikiran keislaman (Islam Nusantara) di tengah kian derasnya arus pemikiran transnasional yang mengancam kedaulatan hingga disintegrasi bangsa. NU juga diharapkan terus melipatgandakan usahanya untuk melakukan kerja pemberdayaan masyarakat, baik melalui bidang sosial, pendidikan, ekonomi, sains, dan teknologi.

Advertisements

Salah satu sepak terjang NU menghadapi ancaman derasnya konflik keberagaman adalah menerapkan konsep moderasi. Tidak dapat dibantah fakta bahwa NU sebagai salah satu pelopor Islam yang bervisi moderatisme, selalu mampu merajut persaudaraan antaretnis, suku, dan umat beragama. Dengan bergerak melalui celah-celah masyarakat kecil di desa, NU berupaya membangun kembali narasi moderasi beragama yang penting untuk ditanamkan oleh setiap masyarakat.

Mengacu dalam Al-Quran srah al-Baqarah ayat 143 yang berbunyi: “Dan, begitu juga Kami jadikan kamu semua umat moderat.” Dalam banyak tafsir, ayat ini dijadikan landasan teologis untuk memiliki jiwa moderat.

Hal serupa juga disampaikan oleh Prof Quraish Shihab dalam buku Wasathiyah: Wawasan Islam tentang Moderasi. Prof. Quraish Shihab berpendapat bahwa moderat atau tengah-tengah sebagai posisi ideal dalam kehidupan. Sebagai posisi ideal, titik tengah tidak condong ke kanan maupun ke kiri. Dalam kehidupan sehari-hari diimplementasikan melalui sikap adil. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak kepada mereka yang berhak

Konsep moderasi beragama ala Nu dapat dilihat di beberapa aspek. Pertama, dalam bidang teologi. NU mengikuti teologi Asy’ariyah yang dalam ajaranya menggabungkan dimensi ikhtiar dan tawakkal yang dalam istilah lain disebut kasb (usaha). Hakikatnya manusia sebagai makhluk yang lemah, diwajibkan atas dirinya berdoa sebagai bentuk penghambaan, dan berusaha sebagai wujud selayaknya manusia biasa. Dalam usahanya manusia tidak boleh memastikan keberhasilannya kareana hanya Allah-lah Sang Otoritas tunggal.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan