Membaca Proses Kenabian dan Kerasulan Muhammad (7-habis)

1,543 kali dibaca

Tulisan ini, bagian terakhir, amat menentukan, sebab akan mengungkapkan bagaimana seorang manusia biasa akhirnya paripurna menjadi nabi dan rasul. Perlu direnungkan secara mendalam dan diambil pelajaran lewat momen-momen, detik-detik, di mana Muhammad mengalami proses perubahan tersebut. Momen yang sangat menegangkan dan mencekam, momen yang mengubah sejarah kehidupan seorang manusia.

“Setelah mendengarkan berita yang langsung diceritakan oleh Rasulullah, dengan tenang Waraqah berkata, ‘Sungguh ini adalah berita gembira yang telah Allah sampaikan kepada Musa. Seandainya masih kuat, aku akan membantumu. Semoga aku panjang umur sehingga dapat bersamamu tatkala kaummu mengusirmu.’ Beliau bertanya, ‘Apakah mereka akan mengusirku?’ Kata Waraqah, ‘Ya, tak a a seorang pun yang mengemban tugas seperti yang telah dipercayakan kepadamu kecuali diperangi, dan jika masih hidup, aku berjanji akan mendukungmu sepenuhnya.’ Tetapi tak lama setelah itu, Waraqah meninggal, dan wahyu terputus.” (lanjutan hadis).

Advertisements

Lewat hadis tersebut, kita menjadi tahu bahwa Waraqah adalah orang pertama yang menenangkan Muhmmad, bahwa siapa yang datang kepadanya, apa yang terjadi padanya, apa yang diterimanya, bukanlah setan, jin, bukan mantra, dan bukan gangguan setan atau jin. Perlu dipahami, bahwa pada masa-masa sebelum kenabian dan kerasulan, masyarakat Arab sangat memercayai adanya jin dan setan. Sebagaimana diungkapkan dalam hadis, bahwa yang diterima Muhammad adalah berita gembira yang pernah disampaikan kepada Musa.

Beberapa riwayat mengungkapkan, apa yang datang kepada Muhammaad adalah namus. Perihal apa arti namus, para ahli sejarah berbeda pendapat. Ada yang mengatakan Jibril, ada yang mengatakan bejana atau wadah pengetahuan. Namun, setelah ditelisik lebih dalam, kedua arti tersebut kurang tepat. Namus adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, bukan Ibrani, asal katanya “nomos”, maknanya undang-undang atau wahyu Tuhan kepada para nabi.

Namun, Imam Bukhari, sebagaimana tercantum dalam riwayat hadis tersebut, tidak menyebut istilah namus, dan apa yang diungkap dalam hadis tersebut lebih tepat dan lebih mendekati kebenaran.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan