Media, Surga yang Dirindukan

900 kali dibaca

Media adalah instrumen pendistribusian informasi (salah satu fungsi) tercepat ukuran zaman millenial. Tanpa media, informasi cepat langka adanya.

Tulisan ini akan lebih menaruh perhatian terhadap media sosial —selanjutnya disebut medsos. Selain karena alasan ia bersifat publik—juga privat di sisi lain, kebebasan berekspresi nampak nyata di publik medsos ini. Tanpa terkecuali, semua berhak punya medsos, meski tak sedikit yang belum mampu menggunakannya dengan bijak.

Advertisements

Kurang lebih empat tahun, saya membuat akun facebook dan menikmati fiturnya hingga sekarang. Sesuai namanya, aplikasi ciptaan Mark Zuckerberg ini sukses membuat saya betah. Bersama  facebook, saya berkenalan dengan banyak orang, menambah relasi sosial. Selebihnya, saya bisa dengan mudah menulis status, mendapat informasi terbaru, dan menyimpan foto berharga.

Era modern memang mengkampenyakan segala bentuk kemudahan berupa kecanggihan teknologi beserta perangkat serba praktis. Seiring berjalannya waktu, setiap orang mulai lebih giat menekuni aktivitas di media sosial dibandingkan dunia sosial. Pemandangan absurd itu bisa dilihat jelas, ketika pengaruh media mengambil alih kehidupan seseorang.

Sampai di sini, medsos tidak hanya sebagai pusat berlangsungnya aktivitas komunikasi, lebih luas dari itu, mencurhatkan perasaan, berbagi informasi sekaligus mendapatkannya juga bagian utuh dari medsos. Ia tak ubahnya surga dunia, di mana kebutuhan setiap orang terpenuhi hanya bermodalkan kuota internet. Maka, nikmat medsos manakah yang kita dustakan?

Seiring berjalannya waktu, medsos tak lagi nikmat. Kemudahan menggunakan medsos tidak sepenuhnya berdampak baik, membantu aktivitas manusia. Kemudahan berselancar di medsos turut serta meramaikan bursa keburukan. Menulis status hujatan, berkomentar nada kebencian, penyebarluasan berita hoax, hingga penipuan mengatasnamakan teman dekat bisa dipastikan mudah ditemukan. Medsos telah bertranformasi menjadi sesuatu yang lain di luar esensinya.

Sering saya membaca berita di medsos beserta tanggapan netizen di kolom komentar facebook. Tanggapan antara satu dan lainnya tidaklah sama. Sebagian memuji, sebagian memaki-maki. Segolongan menerima, golongan lainnya membenci yang berbeda. Tak ayal, kebiasaan ini memenuhi beranda saya setiap kali mengunjungi facebook, terus begitu.

Saya kira fenomena ini perlu dikhawatirkan, melihat kedudukan facebook sebagai informasi publik, disaksikan miliaran orang setiap harinya. Jika ada status menjurus kebencian, ia terbaca dan disikapi khalayak umum. Kemungkinan terburuk, alam bawah sadar kita senantiasa merekam yang benci-benci, seketika itu ia membentuk watak-watak pembenci lainnya.

Ini bukan masalah serius, tapi usaha menyikapinya harus lebih serius dari masalahnya itu sendiri.

Kebiasaan menyatakan sikap benci di medsos, kemungkinan disebabkan setidaknya dua hal: pengguna medsos tersindir atas komentar (berikut postingannya) atau merasa tersakiti di dunia sosialnya lalu melampiaskan kecamuk kebenciannya di medsos. Tiada yang tahu pasti.

Meskipun mampu membuat kita membaca ragam berita, medsos tak punya kemampuan spesialis menganalisis karakter penggunanya, situasi riil penggunanya. Sehingga tak heran, ujaran kebencian itu bisa jadi bukan sebenar-benarnya dilakukan karena tersindir atau mengalami tekanan psikologis, melainkan sengaja direkayasa, dibuat pancingan agar orang panas dan bereaksi serupa.

Lepas dari rekayasa bermedsos tersebut, kita tak boleh menutup mata bahwa itu benar-benar fakta. Apa pun kondisinya, ini kaitannya dengan etika bermedsos. Medsos bukan semata-mata tempat destinasi, yang orang seenaknya berbuat semau hati, ada kaidah penting berlaku di dalamnya, yakni menghargai pengguna lain dalam berdestinasi.

Kaidah aturan di medsos tak tertuliskan runtut baku berpasal-pasal layaknya undang-undang negara. Kaidah aturan pengguna medsos tertulis di masing-masing diri, ingin diarahkan ke mana, untuk apa. Atas dasar ini, perubahan sikap di medsos bukan menunggu instruksi presiden atau menteri komunikasi, melainkan kembali pada kontruksi sadar setiap penggunanya.

Di dunia maya, seperti facebook atau jenis medsos lain, kita tidak harus menerima mentah-mentah informasi yang ada, melainkan harus tumbuh kesadaran untuk menetralisasi, meluruskan, dan mengganti kebiasaan buruk itu. Di titik krusial ini, menjadi sangat penting sebenarnya orang-orang baik harus punya medsos. Bila punya, sangat penting untuk aktif terus di medsos. Bukan untuk hal lain, tapi demi mengembalikan marwah media yang terdistrosi menjadi lumbung kebencian.

Usaha kolektif terjun ke medsos ini, dianjurkan sesuai bakat atau bidang yang ditekuni. Misal pemuka agama mendakwahkan nilai-nilai toleran, santri dengan mauidzah hasanah-nya, mahasiswa menggelorakan gagasan solutifnya, sastrawan dengan karya-karya agung monumental mereka, dan seterusnya. Dengan begitu, beranda akan penuh sesak dengan sesuatu yang berguna dan berkemanfaatan. Lambat laun, pengguna akan mengikuti, men-share, dan meniru. Ini adalah proyek besar luar biasa.

Untuk memulai proyek besar ini, dibutuhkan kesadaran dan keikhlasan. Mengapa, karena ada tujuan mulia di baliknya, ada nilai tersendiri di belakangnya, yaitu mengembalikan jati diri media yang terombang-ambing dibawa badai nir-etika. Sekali lagi, hanya bermodal kuota internet tanpa harus menempuh ekspedisi melintasi batas samudera dan benua. Sederhana, bukan ?

Medsos sebagai syarat fundamental change mesti masif dan berkelanjutan. Tidak hanya sekali, dua kali, lalu mati suri, hidup lagi, mati lagi. Menempatkan media selaku perantara kebaikan niscaya dampaknya terasa bukan di dunia maya saja. Melihat pengguna media adalah manusia, sudah barang wajib, secara otomatis, ia sedikit banyak mempengaruhi episteme dan laku manusia di dunia nyata. Perlahan tapi pasti mengubah.

Aplikasi berselancar di medsos, kini mudah dijumpai menggunakan gadget, ya, gadget. Dulu, sebelum punya gadget, saya mesti bolak-balik warung internet (warnet) untuk membuka facebook. Kalau dipikir kembali, banyak waktu terbuang hanya untuk duduk di warnet. Bila menyaksikan sekarang, sangat entengnya kita bisa membuka medsos sambil tiduran, makan-makan, atau waktu santai.

Medsos yang kini amat simple ditaruh di saku celana, memungkinkan pula orang sering membukanya. Nah, di sinilah kita memanfaatkan kesempatan di balik kemudahan, semakin mudahnya orang membuka medsos mereka, semakin banyak pula postingan bernuansa membangun itu harus ikut tersebar.

Jadi, setiap hari, mereka tak luput untuk membaca postingan sederhana tentang pentingnya senyum di pagi hari, indahnya maha karya puisi, atau hebatnya biografi orang-orang seperti Bill Gates dan Jalaluddin Rumi.

Cara ini amat sangat mendukung terhadap usaha menemukan teori baru, penelitian baru, serta inspirasi karya baru bagi sebagian akademisi atau ilmuan. Bagaimana tidak, beranda medsos menyuguhkan itu semua. Orang-orang men-share kenyataan psikologis, fakta sosial, dan ide-ide terbarukan mereka.

Selain itu, gerakan besar medsos berideologi kebaikan ini, bisa dibentuk semacam komunitas peduli media. Orang-orang yang satu pemahaman untuk memperbaiki media, bisa menghimpun gerakan sosialisasi lewat media. Semua stake holders tergabung di sana. Nantinya, dibuatlah semacam rencana sistematis terkoordinisasi, mau diisi apa media hari ini, begitupun selanjutnya.

Kita bisa membayangkan sendiri, bila ini gencar dilakukan. Tidak ada kata terlambat untuk mengubah asumsi buruk tentang media yang selalu diisi postingan dan komentar tak sedap (bahasa halus dari ujaran kebencian).

Ketika gerakan peduli media ini yakin seyakin-yakinnya siap mengubah lalu lintas kehidupan di medsos, manusia-manusianya bertekad, berusaha sekuat pikiran dan tenaga untuk mengembalikan nama baik media, pun rela menyisihkan sebagian gaji dan hartanya untuk membeli kuota internet, yakinlah maka yakinlah.

Pada akhirnya, bukan sesuatu yang mustahil, proyek besar ini segera terealisasi, tertuntaskan. Mengubah ujaran kebencian menjadi ungkapan kecintaan, pengetahuan, dan kedamaian. Maka, pembangunan surga yang roboh seketika akan terbangun kembali seperti semula.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan