Lima Tahun “Jihad Pagi”, Oase Sejuk bagi Warga Pringsewu

2,554 kali dibaca

Tak terasa separo dekade sudah “Jihad Pagi” atau Ngaji Ahad Pagi berjalan. “Jihad Pagi” merupakan kegiatan kajian Islam yang dilaksanakan tiap hari Ahad pagi, mulai pukul 06.00 sampai 07.00. Materi kajiannya meliputi tafsir al-Quran, fiqh, Hadits, hingga tasawuf —yang merupakan menu untuk santapan ruhani.

Gedung Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) menjadi saksi langkah kaki para nadliyin selama ini. Mereka datang dari berbagai penjuru bumi berjuluk Jejama Secancanan untuk tolabul ilmi atau berburu ilmu. Kitab kuning menjadi sumber kajiannya dengan model bandongan. “Jihad Pagi” ini telah menorehkan hidmah kebijaksanaan ala pesantren yang terus lestari di hati sanubari.

Advertisements

Inilah potret “Jihad Pagi”, la akla wa la syarba (tanpa snack dan minum), dan menjadi laku tirakatnya. Santun dan mencerahkan adalah spiritnya. Dengan demikian, “Jihad Pagi” telah menjadi oase yang menyejukkan bagi warga Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.

Setelah Lima Tahun

Menandai rasa syukur atas nikmat “Jihad Pagi” yang telah berusia lima tahun, PCNU Pringsewu menggelar “Jihad Pagi” dengan suasana yang berbeda dari biasanya pada Minggu, 23 Februari 2020. Mengambil tempat di halaman Menara Pandang Kompleks Bendungan Way Sekampung di Desa Bumiratu, Kecamatan Pagelaran Pringsewu, pagi itu dengan berkendaraan, orang-orang tua, remaja, hingga balita berduyun-duyun menyusuri jalan berkelok, juga naik turun, menuju ke lokasi yang berjarak 10 kilometer dari Kota Pringsewu.

Mentari yang baru saja terbangun seolah tersenyum cerah. Sinarnya menelisik lembut memanjat Menara Pandang yang menjulang kokoh, mengetuk dinding dan pintu Rumah Adat Lampung di sampingnya yang berwarna coklat walnut hingga membelai dedaunan taman di sisi jalan. Tempat ini terasa diguyur barokah saat ratusan mujahidin kala mendengarkan kalam Illahi yang kali ini sampai pada Tafsir Surat Al Buruj yang dibawakan oleh KH Sujadi.

Para mujahid ini mendengarkan dengan hidmat uraian ayat demi ayat. Sesekali mereka termenung dan tafakur. Nampak, jamaah yang hadir bagai kupu-kupu yang silih berganti menyesap sari pati bunga di pagi hari.

Beberapa uraian dan mutiara hikmah terus digali oleh Bupati Pringsewu yang juga alumnus Pesantren Al Asy’ariyah Wonosobo ini di hadapan jamaah “Jihad Pagi”. “Renungkan, kita ini makhluk Allah yang sangat kecil, lebih kecil dari debu yang menempel pada biji. Tidak ada apa-apanya kita dari alam semesta raya ini. Apalagi dengan kekuasaan Allah Swt,” demikian pesannya.

Menyadari atas kekuasaan Allah SWT, lanjutnya, akan menghindarkan manusia dari sikap sombong dan angkuh. Manusia akan lebih berhati-hati dan tidak sembrono menilai sesuatu. Lebih-lebih yang menyangkut soal musibah maupun bencana yang terjadi akhir-akhir ini.

“Seperti wabah virus corona, jangan dicap sebagai azab atau laknat dari Allah kepada etnis china, hanya karena mereka kafir (nonmuslim). Siapa tahu, dengan musibah itu mereka dapat hidayah. Jangan malah memojokkan mereka ketika ada musibah,” tegasnya.

Tumpeng dan Buku

Di tengah uraian tafsir al-Quran, tak lupa Abah Jadi, demikian ia biasa disapa, menyelipkan syi’iran bahasa Jawa “Eling-Eling Siro Manungso” sebagai berikut: Ojo siro banget-banget, nggonmu bungah ono dunyo. Malaikat jurupati, lirak-lirik marang siro. Nggone nglirik malaikat, arep njabut nyowo niro. Nggone jabut angenteni, dawuhe kang Moho Mulyo,  Sauwise didawuhi banjur tandhang karo kondo, aku iki mung sak dermo, siro ora keno semoyo.

Syiiran/syair ini mengingatkan masa kecil dulu ketika berada di masjid atau surau, di mana syair ini dilantunkan sebagai puji-pujian/sholawatan sambil menunggu imam datang. Melalui syair ini, Abah Jadi mengingatkan agar manusia menyadari kalau ajal bisa sewaktu-waktu datang menjemput. Maka, amal sholeh selama di dunia akan menjadi sebaik-baik bekal di akhirat kelak.

Mentari yang perlahan meninggi, suasana sejuk yang berangsur hangat menutup sesi “Jihad Pagi”. Anak-anak berlarian ke sana-kemari menikmati indahnya panorama bendungan seluas 800 hektare ini. Anginpun perlahan berembus menuruni perbukitan di sisi kiri lokasi menambah suasana kebersamaan. Tawa dan canda mereka yang membawa serta keluarga makin renyah terdengar. Tak lupa di antaranya bergantian mengambil foto dari smartphone, seolah momen indah “Jihad Pagi” kali ini enggan terpisah dari lembar kenangan.

Melengkapi tasyakuran lima tahun “Jihad Pagi”, Bupati Pringsewu memotong tumpeng didampingi Ketua PCNU Pringsewu H Taufik Qurrohim, Ketua MUI Kabupaten Pringsewu H Hambali dan para kiai. Setelahnya, Abah Jadi me-lounching secara resmi Buku Mutiara Hikmah Jihad Pagi berisi kumpulan materi Jihad Pagi selama lima tahun sejak pertama kali digelar pada 22 Februari 2015. Hadir pada kesempatan ini Wakil Ketua DPRD dan para anggota DPRD Pringsewu, para camat, lurah, dan pengurus NU di Pringsewu.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan