Laut Itu Bernama Dunia Santri

2,004 kali dibaca

Saya penyuka laut. Suka aroma khasnya yang diterpa angin ke tepian. Suka luasnya. Suka dalamnya. Suka pemandangan di sekitarnya. Suka memandangi layar yang terpancang di pundak perahu. Suka belaian anginnya. Suka berlama-lama menyaksikan burung camar yang terbang saling mengejar di atasnya. Intinya, segala hal yang berkaitan dengan laut, saya suka.

Laut telah banyak mengajarkan saya tentang segala hal. Dari biduk yang tabah, sauh yang tegar, senja yang istikamah, ombak yang tegas, batu karang yang kukuh, air yang tenang, angin yang sejuk, hingga burung camar yang romantis. Singkat kata, dari laut saya dikaruniai kemampuan mengeja ke-Mahakuasaan Tuhan.

Advertisements

Laut itu bernama duniasantri. Ya, saya menyebut duniasantri sebagai laut bukanlah tanpa alasan. Sebagaimana laut yang menampung segala macam benda, dari perahu, rumput, jenis ikan, binatang, sampah, sampai mutiara. Demikian pula duniasantri. Ia berdiri untuk menampung tulisan-tulisan para santri atau pun alumni pesantren, demi menunjukkan ke penduduk dunia bahwa santri juga memiliki panggung dunia yang bernama Dunia Santri.

Di sinilah, lebih dari seribu santri yang tersebar dari belahan Indonesia mengasah bakat menulisnya. Menulis apa saja. Mulai dari Opini, Puisi, Cerpen, Pustaka, Humor, Bintang, hingga yang lain. Opini untuk menuangkan unek-unek dan pemikiran yang terpendam. Puisi untuk menyuarakan isi hati tentang suasana batin dan sekitarnya melalui keindahan diksi. Cerpen untuk mengabadikan momen kisah yang memuat keluhuran budi dan menggali makna hukum kausalitas.

Sementara Pustaka untuk menginformasikan kepada publik tentang kandungan, kelebihan serta kekurangan dari sebuah buku atau kitab. Humor untuk menyeimbangkan hidup, mencairkan suasana dan menertawakan diri sendiri. Bintang untuk memberi tahu publik terkait prestasi dan kejuaraan seputar santri guna menjadi pijakan dalam ber-fastabiqul khairat. Selain itu, di duniasantri juga terdapat rubrik Teras, Sosok, Pondok, Santri Way, dan English Section.

Rubrik Teras sebagai pemberitaan aktivitas santri atau pesantren yang disajikan dalam laporan liputan terkini dan kredibel. Sosok sebagai ulasan perjalanan hidup seorang ulama atau tokoh agama yang menginspirasi untuk diteladani jejak, jihad dan perannya. Pondok sebagai penuturan sejarah, amaliah, serta keunggulan dari sebuah pesantren. Santri Way sebagai pengungkapan kisah nostalgia penuh hikmah untuk menuju hidup yang lebih terarah. Sedangkan English Section terbentang untuk penulis santri yang berbakat dalam berliterasi bahasa Inggris.

Seperti laut yang menyimpan mutiara di dasarnya, duniasantri pun banyak pula menelurkan penulis ‘mutiara’. Ia tidak menulis kecuali membawa misi manfaat. Mencerahkan dan membawa pesan agung. Setiap tulisannya mengusung perubahan positif yang signifikan. Jika seseorang membaca tulisannya, ia jadi semakin dekat dengan Tuhan. Tulisan yang bukan sembarang tulisan. Saya mengira itu adalah tulisan yang lahir dari tangan penulis salih, yang menulisnya seusai bersujud panjang, serta dalam kondisi punya wudu.

Seperti laut yang dicemari sampah di permukaannya, duniasantri pun pernah didiami penulis “sampah”. Penulis itu menuangkan buah pemikirannya dalam satu tulisan, kemudian disebar ke beberapa media. Berebut keberuntungan, siapa cepat dia dapat, begitu kilahnya. Satu umpan ia tebar ke banyak ikan. Ternyata, untung tak ada, justru malang didapat. Lalu, dengan langkah tegas, admin menenggelamkannya hingga tidak menyembul lagi ke permukaan. Ketegasan yang patut diacungi jempol. Laut ini pun terbebas dari sampah.

Saya sendiri sejak Juni 2021, selepas sidang tesis yang barangkali ketagihan begadang saat menyusun tugas akhir itu, suka bermain-main di laut yang bernama duniasantri ini. Saya tumpangi perahu untuk menyusuri ke tengah laut tersebut dengan bekal firman Tuhan “wa tawashaw bil haqqi wa tawashaw bis shabr” dan sabda Nabi “ballighu ‘anni walaw ayah.” Berharap rida. Syukur-syukur jika dari pengarungan itu saya dapatkan pula rahmat-Nya.

Laut bernama duniasantri itu, kini menjelang hari ulang tahun ke-3, yakni 17 Agustus 2022. Dari sini, di pengujung rusuk malam ini, saya langitkan setandan doa, semoga panjang umur, tidak pernah surut, apalagi kering. Terus mengalirkan kejernihan, kebeningan, dan kedamaian. Jernih bagi pikiran, bening bagi hati, dan damai bagi para penghuni. Serta keindahannya yang memikat, semoga senantiasa tetap meneduhkan dan membuat betah para pelayar.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan