Laila & Majnun, Alegori Cinta Sufistik

2,160 kali dibaca

“Cinta adalah api, dan aku adalah kayu bakarnya”

Kisah Laila dan Majnun bukan lagi hal yang asing didengar untuk para remaja. Kisah mereka abadi sepanjang masa dan diceritakan dari generasi ke generasi. Ini bukan kisah cinta biasa, melainkan kisah cinta seorang Qays kepada Laila yang menderita karena perpisahan.

Advertisements

Dalam buku dengan judul Laila & Majnun karya Nizami Ganjavi, kisah cinta mistis ini diceritakan dengan sangat apik dan menyentuh. Karya ini diterjemahkan ke dari bahasa Persia kedalam bahasa Inggris dari judul aslinya The Story of Layla and Majnun dan mendapatkan sambutan yang luar biasa meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa syair yang tidak semua orang paham jika membaca buku ini.

Kisah cinta Laila & Majnun ini berasal dari Timur Tengah dan ditulis pada akhir abad ke-12. Kisah ini sudah dianggap sebagai kisah cinta mistis antara kaum sufi dengan Tuhan. Perjalanan mengejar cinta Tuhan merupakan hal yang membuat orang sufi menjadikan kisah ini sebagai pandangan. Orang-orang sufi adalah pengelana dunia yang melakukan perjalanan panjang menuju persatuan dengan Tuhan.

Menurut saya, kisah cinta ini merupakan kisah yang klasik namun tetap eksis di kalangan masyarakat modern yang bahkan banyak sekali di zaman sekarang novel-novel tentang kisah cinta remaja. Setelah saya membaca kisah ini hingga akhir, saya mengerti bahwa Qays (Majnun) bukanlah seorang yang gila. Qays dan Laila saling mencintai, namun karena berpisah, Qays yang sudah dimabuk cinta kepada Laila tidak bisa mengendalikan dirinya dan pikirannya. Dia lari dan mengembara ke gurun serta menjauhi kehidupan mewah yang diberikan oleh ayahnya. Dia berteman dengan binatang dan melantunkan syair kerinduan kepada Laila yang akhirnya banyak termasyhur dan dikutip oleh banyak orang untuk pernyataan cinta kepada seorang kekasih.

Qays sudah meninggalkan dunia, meninggalkan nafsu dunianya, dan tidak menghiraukan rasa sakit di tubuhnya. Karena, baginya, rasa sakit karena perpisahan lebih terasa di hatinya daripada luka ditubuhnya,

Sementara, Laila seorang gadis penurut dan lemah karena tidak mampu menyuarakan isi hatinya dan memilih diam-diam menangisi perpisahannya dengan Qays yang dicintainya. Laila seorang gadis yang lebih memilih menuruti orang tuanya dan hanya berdiam diri menunggu kabar dari cintanya hingga akhirnya dia dinikahkan dengan Ibnu Salam sampai ajal menjemputnya dan dia harus dikubur di dalam tanah tanpa bisa bersatu dengan orang yang dicintainya.

Kisah yang luar biasa menguras emosi, menurut saya, karena Qays sebenarnya adalah seorang lelaki terpandang dan tampan. Dia pantas jika bersanding dengan Laila, Qays juga pandai dan merupakan anak dari seorang pemimpin kabilah. Qays tidak bisa mengendalikan dirinya hingga mendapat julukan sebagai “majnun” karena dia bukanlah orang yang patuh, dia seorang yang melawan arus demi berjumpa dengan sang kekasih. Keluarga Qays sudah berusaha untuk melamar Laila, namun tidak mendapat penerimaan dari orang tuanya karena mereka menganggap bahwa orang gila tidak bisa menikahi putrinya yang jelita dan berharga bagai permata itu.

Saya berpikir, jika saja Qays bisa menahan dirinya untuk tidak melawan arus dan segera meminta ayahnya untuk melamar Laila, mungkin kisah mereka bisa bersatu dan berakhir bahagia. Karena Qays masihlah seorang lelaki yang pantas jika sebelum meninggalkan nafsu dunianya dan menjadi musafir gurun. Namun kisah cinta mereka harus berakhir tragis dalam gundukan tanah. Mereka tidak pernah bersatu di dunia, namun kisah cinta mereka abadi dan menjadi kisah yang indah dari zaman ke zaman.

Hal ini sama dengan kisah cinta ruhani versi orang-orang sufi yang meninggalkan dunia untuk mengejar cinta Tuhannya. Mereka menanggalkan nafsu dunia dan memilih bermusafir dengan tetap mencintai Tuhan sedalam-dalamnya. Cinta merupakan hakikat tertinggi bagi kaum sufi. Bagi mereka mengejar cinta Tuhan melebihi kenikmatan duniawi yang harus mereka tinggalkan.

Data Buku

Judul                    : Laila & Majnun
Penulis                 : Nizami Ganjavi
Penerjemah         : Anton Kurnia
Jumlah Halaman : 230
ISBN                   : 978-602-441-233-3
Tahun Terbit       : 2021
Penerbit               : PT Mizan Pustaka

Multi-Page

Tinggalkan Balasan