Kronik Peristiwa 1965 (2): Salah Tembak “Genjer-genjer”

2,317 kali dibaca

“Genjer bukanlah jendral” itu sudah pasti. Begitu pula lagu Genjer-genjer yang terlarang. Pasti bukan jendral-jendral. Lagu ciptaan Muhammad Arif dari Banyuwangi itu benar-benar berbunyi dan berkisah tentang genjer.

Genjer-genjer ring kedokan pating keleler

Advertisements

          Emak-e tole teka-teka mbobot genjer

          Loih sak tenor mungkur sedot ting tolah-toleh

          Genjer-genjer saiki wis digawa mulih

Bukan jendral seperti yang diplesetkan secara politis oleh politisi dan pejabat tinggi Orde Baru kelahiran Banyuwangi dan besar di Jember menjadi begini:

Jendral-jendral ring ibu kota pating keleler

          Emake gerwani teko-teko nyuliki jendral

          Olih olih sak truk mungkur sedot sing tolah-toleh

          Jendral-jendral saiki wis podo dipateni

Arif sendiri menciptakan lagu itu, seperti dituturkan teman-teman dekatnya Fatra Abal dan Andang, saat Banyuwangi dilanda paceklik selama tiga tahun pada 1942. Genjer, sejenis tumbuhan mirip enceng-gondok, yang tumbuh subur di daerah itu sama sekali tak disentuh oleh orang Banyuwabgi yang memang enggan memakannya, meski dalam lilitan lapar sekalipun.

“Saya masih ingat mas Arif mengatakan bahwa lagu itu dimaksudkan untuk mendorong masyarakat Banyuwangi yang sudah kelaparan agar memakannya,” kisah Fatra Abal suatu hari pada 1993. Arif sendiri telah beberapa kali merasakan nikmatnya genjer yang disajikan istrinya yang bukan orang asli Banyuwangi.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan