KIDUNG LURUNG

2,092 kali dibaca

Kidung Lurung

Jalan itu berliku, berteman gelap, berawan pekat,

Advertisements

Jalan itu berlidah kelu, bernaung kelabu, seperti membatu,

Aku tak mampu berlalu,

Aku tak sanggup bertumpu,

 

Beku..

Kaku..

Jatuh..

Runtuh..

 

Kupertanyakan padaMu, mengapa jalan itu harus kutempuh?

Kupertanyakan padaMu, mengapa jalan itu seperti udara yang bahkan tak ingin kuhirup?

Kupertanyakan padaMu, bagaimana jika aku tak ingin melalui jalan itu?

Dimana ada jalan lain yang bisa kutemukan?

 

Engkau mendengarku?

Engkau melihatku?

Engkau mengetahuiku?

Aku menjauh,

Aku pergi,

Aku berlari,

Aku kalut,

Aku takut,

Aku berbalut luka,

Aku riuh enggan menerima,

 

Hingga tiba pada satu lorong panjang,

Aku lelah menjauh

Aku pergi tak menentu

Aku lelah berlari

Aku menepi, kembali pada jalan itu,

Jalan yang perlahan kupahami menjadi sebaik-baiknya kehendakMu, atas detak nadiku,

Jalan yang perlahan kurasakan menjadi sebenar-benarnya hadirMu, ketika kusebut kembali namaMu,

Jalan yang perlahan kulihat menjadi seterang-terangnya cahayaMu, saat gelap menghampiriku,

Jalan yang perlahan kuyakini sebaik-baiknya menjadi rahmatMu, ketika aku tak mampu lagi menjauh, pergi, dan berlari,

…………………………………….

“Fa inna ma’al-‘usri yusraa”

“Inna ma’al-‘usri yusraa”

“Fa iza faragta fansab”

“Wa ilaa rabbika fargab”

 

Mampukan aku di jalan itu,

Mampukan aku di jalanMu,

Mampukan aku atas segala jalan cintaMu..

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan