KH. Khusnan Mustofa Ghufron/darul A'mal

Kiai Khusnan yang Tegas Membela Umat

2,509 kali dibaca

Lahir di Blitar, Jawa Timur pada 1942, KH Khusnan Mustofa Gufron justru mendirikan Pondok Pesantren Darul A’mal di Kota Metro, Lampung. Di Lampung ia dikenal sebagai sosok kiai tegas dalam membela dan memperjuangkan umat.

Bagi masyarakat Lampung, Kiai Khusnan Mustofa terbilang terlalu cepat pergi. Dalam usia 54 tahun, pada Selasa, 21 September 2001, Kiai Khusnan wafat di Rumah Sakit Abdoel Muluk, Bandar Lampung akibat penyakit ginjal yang diidapnya. Namun, warisannya akan terus memberi manfaat bagi masyarakat.

Advertisements

Sejak belia Khusnan muda sudah diajak merantau keluarganya ke Lampung. Pertama kali ia menetap di daerah Probolinggo Kecamatan Lampung Timur. Di tempat inilah awal mula Khusnan menuntut menuntut ilmu agama.

Di kalangan masyarakat, sejak kecil Kiai Khusnan diketahui memili tabiat aneh, dan kadang tak bisa dinalar oleh akal orang biasa. Sebagai contoh, saat berumur 12 tahun, Kiai Khusnan membuat angkring di bawah pohon kelapa. Rupanya, angkring itu di malam hari dijadikan sebagai tempat untuk muroqobah atau mendekatkan diri kepada Allah. Saat siang hari, Kiai Khusnan sering pergi, namun tidak ada satu orang pun yang mengetahui ke mana perginya.

Salah satu gurunya, Kiai Afandi, pernah bertanya kepada Khusnan kecil, “Le, sampean sakeng pundi lho? (Nak, kamu dari mana?).” Lalu Khusnan kecil menjawab, “Kulo sakeng Gunung Kawi, nggone mbahku (Saya baru saja dari Gunung Kawi, dari kediaman kakekku).”

Tabiat aneh lainnya, dalam hal mengaji, Kiai Khusnan tak pernah menetap dalam satu majlis. Ia punya banyak guru dari berbagai golongan ulama. Dengan begitu, ilmu yang dipelajarinya berasal dari ulama yang berbeda-beda.

Namun, keanehan lain lagi, hingga wafatnya, Kiai Khusnan tak perneh bersedia menjelaskan sanad keilmuwannya kepada masyarakat umum atau sangat dirahasiakan. Pernah suatu ketika ada seseorang bertamu ke Pesantren Pondok Darul A’mal dan bertatap muka langsung dengannya. Semula sang tamu itu berniat ingin bertanya mengenai sanad guru-gurunya. Namun, saat sudah berhadapan dengan Kiai Khusnan, ia dibuat seolah lupa dengan pertanyaan yang sudah disiapkan, dan baru ingat kembali saat keluar dari lokasi pondok.

Entah apa alasannya, namun dari peristiwa itu bisa disimpulkan bahwa Kiai Khusnan tidak berkenan jika sanad keilmuwannya nantinya diketahui orang banyak.

Semasa mudanya, kisaran tahun 1965, Kiai Khusnan aktif di kepengurusan Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Ia menjadi Ketua Ansor Way Jepara. “Saya ingat waktu itu sedang pecah Gestapu,” kata Kiai Syamsudin Tohir.

Pada tahun 1978, Kiai Khusnan juga terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lampung Tengah dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dan pada tahun 1982 dia kembali diberi mandat sebagai Wakil Ketua DPRD Lampung Tengah (juga dari fraksi PPP).

Saat menjabat sebagai anggota dewan, Kiai Khusnan selalu berupaya membantu pengembangan seluruh pondok pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Seluruh pondok diupayakan untuk mendapat bantuan.

Pada tahun 1987, Kiai Khusnan vakum total dari panggung politik dan fokus di organisasi NU. Selama berfokus di organisasi NU, Kiai Khusnan pernah menjabat sebagai Ketua PWNU Lampung dalam dua periode, 1992-1997 dan 1997-2002.

Sebagai seorang tokok atau pemimpin, Kiai Khusnan dikenal memiliki sikap yang sangat tegas namun suka membantu. Ditambah kebiasaannya yang selalu mengenakan pakain putih membuat sang kiai dijuluki “Singa Putih Penjaga Rimba Ulama.”

Salah satu bukti ketegasannya tergambar dalam suatu peristiwa.  Pernah suatu ketika Kiai Khusnan sedang mengisi tausiah di daerah Lampung Timur, tepatnya di Desa Padang Ratu. Saat itu, ada segerombol preman yang mabuk dan memainkan gitarnya dengan amat keras. Saking kerasnya hingga mengganggu ceramahnya. Seketika itu juga Kiai Khusnan turun dari panggung, lantas menghampiri gerombolan preman itu, dan membanting gitarnya hingga hancur. Seketika itu pun para preman tersebut terdiam, mereka lalu membubarkan diri tanpa mengucap sepatah kata pun.

Contoh lain, pernah pula suatu hari Kiai Khusnan mengundang para pejabat untuk mengikuti acara istighasah dan doa bersama. Acara yang dijadwalkan bakda salat asyar itu molor lantaran keterlambatan salah seorang tamu undangan yang kebetulan adalah seorang pejabat. Seketika Kiai Khusnan marah dan menegur pejabat tersebut. Semua tamu undangan dibuat kaget, namun tak ada satupun yang berani bicara.

Di mata masyarakat Lampung, Kiai Khusnan dikenang karena memiliki banyak jasa. Sebagai contoh, pada awal kepemimpinannya menjabat sebagai Ketua PWNU Lampung, pada 1992 Provinsi Lampung langsung ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara Musyawarah Nasional (Munas) NU yang berlokasi tepatnya di GSG UNILA dan Islamic Center Kota Bandar lampung.

Saat itu, Kiai Khusnan juga dikenal sangat dekat dengan Ketua PBNU kala itu, yaitu KH Abdurahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Bahkan hubungan mereka berdua seperti adik dan kakak.

Saat Gus Dur masih menjabat sebagai Presiden RI pernah datang ke Pesantren Darul Amal dan itu pun tanpa sepengatahuan ajudannya. Hal itu, sontak saja membuat kepanikan para pejabat di Provinsi Lampung. Mereka kalang kabut dalam menyiapkan penyambutan cucu KH Hasyim Asy’ari itu.

Kiai Khusnan juga dikenal sosok yang ringan tangan bila dimintai bantuan. Apalagi untuk keperluan kemaslahatan umat dan dakwah. Bahkan Kiai Khusnan pernah menjual cincin istrinya guna membantu kebutuhan seorang ulama dalam aktivitas dakwah.

Jasa-jasa dan kebaikan KH Khusnan Mustofa Gufron memang begitu luar biasa. Masyarakat Lampung begitu mengaguminya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan