KH. Khusnan Mustofa Ghufron/darul A'mal

Kiai Khusnan yang Tegas Membela Umat

2,483 kali dibaca

Lahir di Blitar, Jawa Timur pada 1942, KH Khusnan Mustofa Gufron justru mendirikan Pondok Pesantren Darul A’mal di Kota Metro, Lampung. Di Lampung ia dikenal sebagai sosok kiai tegas dalam membela dan memperjuangkan umat.

Bagi masyarakat Lampung, Kiai Khusnan Mustofa terbilang terlalu cepat pergi. Dalam usia 54 tahun, pada Selasa, 21 September 2001, Kiai Khusnan wafat di Rumah Sakit Abdoel Muluk, Bandar Lampung akibat penyakit ginjal yang diidapnya. Namun, warisannya akan terus memberi manfaat bagi masyarakat.

Advertisements

Sejak belia Khusnan muda sudah diajak merantau keluarganya ke Lampung. Pertama kali ia menetap di daerah Probolinggo Kecamatan Lampung Timur. Di tempat inilah awal mula Khusnan menuntut menuntut ilmu agama.

Di kalangan masyarakat, sejak kecil Kiai Khusnan diketahui memili tabiat aneh, dan kadang tak bisa dinalar oleh akal orang biasa. Sebagai contoh, saat berumur 12 tahun, Kiai Khusnan membuat angkring di bawah pohon kelapa. Rupanya, angkring itu di malam hari dijadikan sebagai tempat untuk muroqobah atau mendekatkan diri kepada Allah. Saat siang hari, Kiai Khusnan sering pergi, namun tidak ada satu orang pun yang mengetahui ke mana perginya.

Salah satu gurunya, Kiai Afandi, pernah bertanya kepada Khusnan kecil, “Le, sampean sakeng pundi lho? (Nak, kamu dari mana?).” Lalu Khusnan kecil menjawab, “Kulo sakeng Gunung Kawi, nggone mbahku (Saya baru saja dari Gunung Kawi, dari kediaman kakekku).”

Tabiat aneh lainnya, dalam hal mengaji, Kiai Khusnan tak pernah menetap dalam satu majlis. Ia punya banyak guru dari berbagai golongan ulama. Dengan begitu, ilmu yang dipelajarinya berasal dari ulama yang berbeda-beda.

Namun, keanehan lain lagi, hingga wafatnya, Kiai Khusnan tak perneh bersedia menjelaskan sanad keilmuwannya kepada masyarakat umum atau sangat dirahasiakan. Pernah suatu ketika ada seseorang bertamu ke Pesantren Pondok Darul A’mal dan bertatap muka langsung dengannya. Semula sang tamu itu berniat ingin bertanya mengenai sanad guru-gurunya. Namun, saat sudah berhadapan dengan Kiai Khusnan, ia dibuat seolah lupa dengan pertanyaan yang sudah disiapkan, dan baru ingat kembali saat keluar dari lokasi pondok.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan