Kemerdekaan Indonesia, Kemerdekaan Santri

679 kali dibaca

Bagi masyarakat Indonesia, bulan Agustus bukanlah bulan biasa. Bulan Agustus merupakan bulan yang sakral, spesial, krusial, dan bersejarah. Di bulan inilah, tepat 77 tahun yang lalu, Sang Proklamator membacakan naskah teks proklamasi dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Namun, hal ini yang menandakan bahwa sang saka merah putih telah berdiri tegak merdeka, tidak boleh dijajah lagi oleh bangsa lain.

Karena seperti yang kita ketahui bersama, rakyat Indonesia telah muak dijajah kurang lebih selama 350 tahun + 3,5 tahun. Rakyat ditindas, diintimidasi, dan dipersekusi semena-mena tanpa mengindahkan peri kemanusiaan. Alhasil, ketika tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno mengikrarkan kemerdekaan Indonesia, semua rakyat merasa senang, bahagia, dan terharu. Perjuangan semangat menolak menyerah, kegigihan, keuletan yang selama ini dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Kemerdekaanpun bisa diraih, dan dapat dirasakan hingga saat ini.

Advertisements

Kemerdekaan ini menjadikan semua lapisan mayarakat dapat mengekspresikan keinginannya secara bebas, tak terkecuali santri. Santri yang tadinya dianggap kolot dan kaum terbelakang oleh sabagian masyarakat, kini perlahan-lahan memperlihatkan eksistensinya ke ranah publik. Dengan bidang keagamaan yang digeluti ditambah keahlian yang lain, kaum sarungan mampu berkontestasi dengan dengan masyarakat umum untuk menjabat jabatan strategis.

Ada banyak yang tadinya seorang santri, tapi telah sukses menjadi pejabat publik. Contohnya dulu ada Gus Dur sebagai presiden, kemudian periode sekarang ada KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden, ada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, ada juga Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, dan lain-lain lagi yang menyebar juga ke berbagai lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Inilah bentuk keteladanan yang langsung dicontohkan oleh guru-guru serta menepis tudingan bahwa santri itu tidak bisa menjadi apa-apa. Dengan manuver santri yang terjun ke berbagai ranah termasuk politik apakah menyalani aturan? Tentu tidak, karena berdasarkan undang-undang setiap warga negara mempunyai hak yang sama. Dan santri itu merupakan bagian dari warga negara.

Justru seperti inilah, ketika santri mengisi pos-pos strategis, ini dapat mengontrol kebijakan-kebijakan ke arah yang lebih mengandung maslahat. Di sisi lain, dengan adanya santri di posisi pejabat publik akan membuat kebijakan buat santri, contohnya ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 Pentang pesantren, selain itu ada penetapan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015. Dalam Keppres tersebut isinya setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai hari santri. Sungguh indah bukan, kaum santri kini mulai terpandang. Tentu karena peran dari tokoh berlatar belakang santri yang memperjuangkan aspirasinya sebagai anggota dewan.

Inilah bukti bahwa santri sekarang telah merdeka, karena dapat mengeluarkan potensi, bakat, dan aspirasinya. Santri kini dapat menyebar ke berbagai sektor, termasuk menjadi prajurit TNI. Inilah pernyataan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman yang menyatakan bahwa akan melakukan perekrutan khusus yaitu jalur santri. KSAD Jenderal Dudung menilai bahwa perekrutan santri dikarenakan mereka akhlaknya telah terbentuk ketika di pondok pesantren. Dengan begitu, nanti bisa menjadi teladan dalam bersikap dan kesederhanaan bagi yang lain. Dan pada akhirnya, dengan pondasi nilai akhlak luhur yang telah terpatri dalam jiwanya, nantinya akan meminimalisasi tindakan-tindakan represif, dan senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Di sisi lain, potensi jalur santri juga dapat masuk untuk mendaftar kuliah. Kampus seperti UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto membuka pendaftaran bagi mahasiswa seleksi mandiri jalur santri. Santri yang minimal telah mondok tiga tahun saat menempuh MA/SMA/SMK/MAK dibuktikan dengan pernyataan dari pengasuh pondok pesantren diperbolehkan untuk mendaftar. Tidak hanya itu, lebih jauh lagi, seorang santri juga telah merambah ke dunia olahraga. Ada seorang santri yang mencoba peruntukannya di dunia sepak bola, seperti Dimas Drajad, Asnawi Mangkualam, Nadeo Argawinata, Evan Dimas, dan Witan Sulaiman. Mereka merupakan langganan Timnas Indonesia untuk berlaga di kompetisi internasional.

Inilah fakta yang terjadi, santri kini telah merdeka menentukan arah mau ke mana. Rumusnya cuma satu: “memberi jasa dan mengabdi pada negeri banyak sekali jalannya, tinggal kitanya saja yang tawakal serta ikhtiar mengembangkan potensi”.

So, jangan sampai minder menjadi santri. Santri juga dapat berkontribusi dengan segala kemampuannya. Jika ada sebagian orang yang masih menganggap santri itu bisa apa? Mau jadi apa? Hemat saya, cukup dibuktikan dengan tindakan. Jangan baperan, tapi mulailah berperan. Toh jika menilik historis, kaum sarungan mempunyai peran yang besar dalam mempertahankan kedaulatan NKRI dari para penjajah.

Akhir kata, Selamat Ulang Tahun yang ke 77 tahun Republik Indonesia semoga dengan tagline yang diusung “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” akan segera tercapai menjadi negara yang gemar ripah loh jinawi. Dirgayahu Indonesiaku, Merdeka, Merdeka, Merdeka!!!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan