Karomah Mbah Kholil (2): Kurungan Ayam Jagoan dari Jawa

1,567 kali dibaca

Kisah kali ini yang merupakan karomah dari Mbah Kholil, diceritakan oleh Kiai Ma’sum, Lasem, Rembang. Sebagaimana termaktub dalam manaqib Kiai Ma’sum, bahwa pada saat Beliau ingin belajar (berguru) kepada Mbah Kholil, terjadi sesuatu yang cukup aneh jika dipandang oleh akal kebanyakan. Pada saat itu, Mbah Kholil memerintahkan santrinya untuk membuat kurungan ayam jago.

“Besok akan datang jagoan dari tanah Jawa ke Bangkalan,” demikian Mbah Kholil berkata kepada santrinya yang disuruh membuat kurungan ayam.

Advertisements

Maka keesokan harinya datanglah seorang pemuda berumur sekitar 20 tahun dan dengan penuh takzim menghadap Mbah Kholil. Kemudian Mbah Kholil menyuruhnya, yang nota bene adalah Kiai Ma’sum, agar masuk ke dalam kurungan ayam. Mbah Kholil berkata kepada santrinya, “Inilah yang kumaksudkan sebagai ayam jago dari tanah Jawa yang kelak akan menjadi jagoan tanah Jawa.”

Dengan penuh takzim dan patuh, Kiai Ma’sum memgikuti kemauan Mbah Kholil. Ma’sum muda masuk ke kurungan ayam dan duduk meringkuk di dalamnya. Itu semua dilakukan dengan penuh rasa hormat. Tidak ada dendam ataupun rasa gundah mengapa Kiai Ma’sum disuruh masuk ke kandang ayam. Semua dilakukan dengan penuh ikhlas dan rasa hormat terhadap seorang guru.

Di awal-awal mondok, Kiai Ma’sum disuruh Mbah Kholil untuk mengajar Alfiyah (Ilmu Nahu) kepada santri lainnya di sebuah kamar tanpa adanya penerangan. Di tengah kegelapan kamar pondok, Kiai Ma’sum mengikuti perintah Mbah Kholil dan itu dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Tiba-tiba karomah itu hadir dalam kontra logika yang jauh dari kaidah ilmiah. Ya, itulah karomah seorang ulama yang begitu dekat dengan Allah swt.

Kiai Ma’sum Lasem hanya mondok selama tiga bulan. Setelah itu Beliau disuruh pulang dan dipatuhi serta ditaati oleh Kiai Ma’sum. Sebelum beranjak pergi, Kiai Ma’sum didoakan sapu jagat oleh Mbah Kholil. Setelah itu disuruh pergi. Namun tidak sampai begitu jauh, Kiai Ma’sum dipanggil kembali dan dibacakan doa sapu jagat lagi. Demikian itu berulang hingga 17 kali. Dan dari kejadian itu, akhirnya Kiai Ma’sum menjadi pimpinan di sebuah pesantren, dan pesantren Beliau berlanjut hingga saat ini. Wallahu A’lam!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan