Jilbab, sebuah Perebutan Makna

6,044 kali dibaca

KONTAK orang Nusantara dengan bagian dunia Islam memang dapat dikatakan lebih tua ketimbang dengan dunia Barat. Pakaian-pakaian yang mengambil tajuk Islam-Arab banyak melewati jalur dagang orang-orang India dan Timur Tengah, jauh sebelum orang Barat datang ke Nusantara. Walau tak dapat disangkal pula, budaya yang dibawa oleh orang Barat juga memberikan pengaruh besar terhadap persepsi masyarakat Nusantara tentang apa itu berpakaian. Cara berpakaian Barat dilihat lebih modern dan menyiratkan kemajuan ketimbang pakaian pribumi ataupun pakaian Arab. Pakaian jubah putih atau turban ala Turki (pakaian Islami) lebih dilihat sebagai simbol semangat agama ketimbang tradisionalisme pribumi.

Hingga tahun 1980-an, tren jilbab tidak semerta-merta langsung terkonstruksi menjadi pakaian yang menutupi seluruh tubuh seorang perempuan kecuali wajah dan telapak tangan. Kebanyakan hanya memakai kerudung yang setidaknya masih menyisakan rambut dan leher. Pun untuk kalangan nyai (istri kiai) di era sekitar 1930-an hanya memakai kerudung longgar yang juga masih menampakkan leher dan rambut mereka. Faktanya, jilbab adalah khazanah berpakaian yang terbilang baru di negeri ini.

Advertisements

Bahkan kritik berpakaian seperti itu, yang salah satunya dilontarkan oleh A. Hassan dari Persis menuai penolakan dari kaum tradisional dan reformis. Terdapat penolakan terhadap aturan bagi guru perempuan untuk memakai kerudung di Muhammadiyah, dan para guru tersebut tetap mengajar tanpa mengenakan kerudung. Ditambah pula kala itu, dilansir dari satu catatan yang dikemukakan Van Dijk, perempuan di zaman yang sama menganggap Jawa bukanlah Arab, tidak perlu terlihat selayaknya orang Arab untuk menjadi Islam. Barulah sekitar dua dekade terakhir pemakaian jilbab dan pemaknaannya menjadi begitu luas.

 

Praktik Jilbab dari Masa ke Masa

Nusantara tidak memiliki konsep pemakaian jilbab seperti halnya negara-negara Timur Tengah lainnya. Tidak seperti Turki yang akhirnya dapat menutup kepala dan aurat mereka setelah mengalami sekularisasi termasuk pelarangan jilbab, di Indonesia pemakaian jilbab merupakan sesuatu yang baru dan bukan sebuah penemuan kembali cara berpakaian nenek moyang di negeri ini.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan