Jelajah Pondok di Sumatra (1): Bersuluk di Panompuan

3,441 kali dibaca

Pada satu kesempatan di tengah-tengah perjalanan penelitian di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, saya mampir di rumah Kepala Desa Panompuan Syahrul Sopandi Harahap. Obrolan seputar adat istiadat pada akhirnya berujung pada perkembangan pesantren yang setia pada kultur pesantren di Sumatra, khususnya Sumatra Utara, dan lebih khusus lagi di Tapanuli Selatan.

Syahrul berkisah mengenai Pondok Pesantren Nurul Falah yang berada di bawah wilayah pemerintahannya. Ia mengatakan bahwa ia sangat kenal dengan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Falah Tamosu Panompuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, KH Abdullah Harahap.

Advertisements

Pondok Pesantren Nurul Falah Tamosu Panompuan sebenarnya tidak terlalu jauh dari Kota Padangsidimpuan. Dari pusat kota hanya diperlukan waktu sekitar empat puluh lima menit. Pondok pesantren ini didirikan oleh Syekh Abdul Aziz Harahap, salah satu ulama kharismatik yang sangat berpengaruh di Tapanuli Selatan. Pondok pesantren yang setiap tahunnya meluluskan kurang lebih 200-an wisudawan itu berdiri pada tahun 1993. Tongkat estafet kepemimpinan di pesantren tersebut kemudian beralih ke tangan KH Abdullah Harahap, yang sekarang ini juga menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Tapanuli Selatan.

KH Abdullah Harahap mengatakan bahwa sebagai salah satu pesantren berbasis NU di Tapanuli Selatan, Nurul Falah mempunyai visi-misi yang ideal, yaitu mencetak generasi muda menjadi ulama yang andal, mandiri, dan tangguh. Hal ini dirasa perlu untuk menciptakan generasi NU yang siap bersaing dan siap menjawab tantangan zaman.

Pesatren yang akrab dengan sebutan Pesantren Panompuan ini sekarang memiliki sekitar 500-an santri dan 40-an tenaga pengajar. Sebagai pesantren dalam pengertian khas -sebagai subkultur, Pesantren Panompuan tetap berkomitmen mempertahankan sistem belajar salafiyah meskipun tidak mengesampingkan ilmu pengetahuan berbasis teknologi, sains, dan informasi sebagai bekal untuk menghadapi era industry 4.0 dan masyarakat 5.0.

Oleh karena itu, menurut KH Abdullah Harahap, santri wajib tinggal di asrama dan pondok. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar yang berbasis pada pengetahuan umum sesuai kurikulum dilangsungkan pada pagi hari dapat terlaksana dengan baik. Demikian juga, jadwal tersebut tidak akan berkelindan dengan kegiatan belajar mengajar pada pengetahuan diniyah; salafiyah, mujataroh, latihan imam, albarzanzji, dan program diniyah lainnya dilangsungkan pada sore dan malam hari. KH Abdullah Harahap ingin agar pesantren dapat mempersiapkan generasi berakal, calon ulama yang berilmu secara optimal.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan