Ideologi Sekolah dan Ketaksetaraan Struktur Sosial

2,122 kali dibaca

Eksistensi sekolah dalam dunia pendidikan di berbagai negara menjadi suatu hal yang niscaya. Sekolah menjadi institusi yang menunjang dalam mengembangkan pengetahuan sumber daya manusianya. Sekolah adalah bangunan dasar dari segala aspek kehidupan dalam memberdayakan sumber daya manusia.

Buku ini secara kritis mencoba untuk merefleksikan rekonstruksi pemikiran dan eksistensi sekolah dalam kehidupan keseharian. Di dalamnya dijelaskan sekolah memiliki paradigma yang dibangun di tengah masyarakat. Ketidaksetaraan tersebut disebabkan oleh faktor politik, ekonomi, dan budaya masyarakat yang sangat kental.

Advertisements

Menurut penjelasan buku ini, sekolah kini menjadi perbedaan kelas di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Karena sekolah di Indonesia cenderung dipersepsi sebagai tempat luhur, sementara guru dipersepsi sebagai profesi mulia “pahlawan tanpa tanda jasa”.

Kontruksi normatif semacam ini seringkali lebih merupakan ilusi, yang menyembunyikan fakta bahwa sekolah pada dasarnya adalah institusi yang mencerminkan ketaksetaraan dalam masyarakatnya. Sekolah adalah arena pacu, yang kelas-kelas sosial di dalam masyarakat menempati baris terdepan dalam struktur sosial yang timpang (hal. 12)

Keterlibatan guru dalam proses penanaman ideologi di sekolah sangat dirasakan karena pendidikan bukanlah upaya bebas nilai. Guru sebagai bagian dari institusi terlibat dalam tindakan politik baik disadari atau tidak.

Dalam hal ini, pendidik tidak dapat sepenuhnya memisahkan aktivitas pendidikan dari campur tangan respons institusi yang timpang dan juga bentuk bentuk kesadaran yang didominasi perekonomian industrial yang sedang melaju pesat seperti di masa kita.

Karenanya, sekolah dalam pandangan sosiolog Inggris tidak hanya memperoses individu tetapi juga pengetahuan. William menyebutkan, sekolah bertindak sebagai agen hegemoni kultural dan ideologi, sebagai agen selektif tradisi dan integrasi kultural (hal. 61)

Kemajuan sekolah dengan beragam latar belakang keunggulan di dalamnya sebenarnya telah dipengaruhi oleh politik, ekonomi,  budaya, dan faktor-faktor lain di dalamnya. Seperti telah kita saksikan dengan seksama, semakin banyak yang mengakui bahwa di tengah masyarakat industri maju, sekolah hanya melayani kelas sosial  tertentu dan mengabaikan kelas-kelas lainnya (hal.98)

Salah satu contoh konkret adalah perbedaan dalam pendidikan seorang anak. Misalnya, anak A selama di sekolahnya diajari hidup disiplin, pekerjaan rumah, rutinitas, dan ketaatan. Sementara, anak B diajari kebebasan memilih sesuai dengan minat yang ia sukai, didampingi untuk melakukan eksperimen dan riset riset kecil untuk menarik minatnya. Cerminan ini jelas bahwa si anak A diajari untuk menjadi kelas pekerja di dalam masyarakatnya, bahwa hidup yang berarti hanya bisa dicapai melalui keringat yang bercucuran, disiplin dan ketaatan. Sementara si anak B diajari untuk menjadi seorang inovator, berjuis muda.

Oleh sebab itu, sekolah bukanlah institusi yang netral, ia mengembangkan ideologi organisasinya sendiri, yakni mereproduksi relasi kekuasaan yang sudah melekat di dalam masyarakatnya.

Kerja ideologi yang bersifat organik dan melekat dalam sekolah ini dikembangkan dalam tiga elemen. Pertama, di dalam aturan-aturan dan manajemen sekolah. Kedua, di dalam kurikulum dan sistem pengetahuan sekolah. Ketiga, di dalam nilai-nilai yang diajarkan oleh guru-gurunya.

Menurut penulis buku ini, Michael W Apple, pendidikan pada dasarnya adalah “sebab” sekaligus “akibat”. Sekolah bukanlah cermin pasif, ia merupakan kekuatan aktif, yang juga bertindak sebagai legitimasi pada bentuk-bentuk dan ideologi-ideologi ekonomi dan sosial yang berkaitan erat dengannya.

Maka tidak heran jika setiap bentuk dan isi pesan-pesan di ruang kelas, di kehidupan sehari-hari di sekolah, mewujudkan transmisi sekolah. Guna membenahi situasi ini, maka seleksi dan transmisi pengetahuan serta gagasan-gagasan yang mengaturnya perlu menjadi fokus utama penyelidikan kritis berorientasi sosiologi dan kurikum sekolah (hal. 322)

Buku ini secara kritis-kontruktif menggambarkan bagaimana pengaruh pembentukan ideologi dan kurikulum di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan yang dipengaruhi oleh hegemoni politik, ekonomi, dan budaya hingga terjadi ketaksetaraan di sekolah. Sebab itulah, ketaksetaraan yang telah diproduksi oleh sekolah menimbulkan beberapa problem dilema tentang siapa yang telah memproduksi pengetahuan yang sah di sekolah, siapa yang menyeleksi dan memvalidasi pengetahuan itu, dan pengetahuan siapakah yang paling berharga dan bernilai dalam masyarakat.

Data Buku

Judul               : Ideologi dan Kurikulum
Penulis           : Michael W. Apple
Penerjemah   : Kumala Sari
Penerbit         : Cantrik Pustaka
Cetakan         : Maret, 2021
Tebal              : 397 halaman
ISBN              : 978-623-6063-02-6

Multi-Page

Tinggalkan Balasan