Ibu dalam Larikan Puisi

2,472 kali dibaca

SYAIR IBU
Oleh: Nurul Ilmi El-Banna

adalah air mata dan doa
sumbu segala bahagia ataupun duka
hari-hari yang mengubur catatan kepulangan, nak

Advertisements

bila matahari telah mampu menghangatkan, 
melebihi pelukan ibu dari seberang
jarak dan waktu memang sungguh menghakimi
menelan rumah kita ke dalam sepi

nak, bila tiba waktumu pulang
jangan lupa mencuci usia di antara laut dan langit yang terpaut
tinggalkan maut dan kemelut
pulanglah membawa rindu beserta matahari di kepalamu 
di sini aku tugur membeku

Yogyakarta, 2014.
(Dari buku: “Ketam Ladam Rumah Ingatan“)

***

Ungkapan puitis (cinta) seorang anak terhadap ibu sudah sering saya baca. Dan, salah satu puisi “ibu” yang sangat menyentuh adalah puisi yang ditulis oleh D Zawawi Imron. Ini yang saya rasakan, yang tentu saja orang lain bisa merasakan hal yang tidak sama. Salah satu baitnya yang menghantam dinding nurani saya adalah,

“/bila aku berlayar lalu datang angin sakal/Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal/ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala/”

Hakikat cinta seorang ibu seyogyanya tidak akan bisa diwakili oleh kata-kata. Kasih yang begitu menderu, dan sayang yang tidak terungkapkan. Kasih ibu sepanjang jalan, tiada bersudah dan terus melekat sepanjang zaman.

Syair Ibu adalah judul puisi dari Saudari Nurul, lengkapnya Nurul Ilmi El-Banna. Dalam kontemplasi angan saya, syair ini lebih mengacu kepada doa. Harapan dan keinginan agar sang anak selalu dalam lindungan Tuhan. Doa yang paling mengada, mendada, harapan yang tiada berkesudahan. Doa ibu bagaikan azimat nurani yang tidak pupus oleh berjalannya sang waktu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan