Hari Santri, Perspektif Mbah Moen

368 kali dibaca

Kala itu, pasca-Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara merdeka,  Ir Soekarno (Bung Karno) masih terus diselimuti kekhawatiran. Mengingat, hingga saat itu belum ada satu pun negara di dunia yang mengakui eksistensi Indonesia sebagai negara merdeka. Karena itu, Bung Karno berinisiatif mengirim seorang pergi ke Pesantren Tebuireng untuk menemui dan sowan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.

Bung Karno bermaksud untuk menanyakan secara jelas terkait hukum membela tanah air dan mempertahankan kemerdekaan. Merespons hal itu, secara eksplisit Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa umat Islam harus bersatu untuk membela tanah air dan mengusir penjajah. “Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja)

Advertisements

Fatwa ini mewakili dari hasil akhir di balik terselenggaranya Rapat Besar Wakil-Wakil Daerah (Konsul 2) Perhimpunan Nahdlatul Ulama seluruh Jawa-Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaya. Hasil ini kemudian yang dikenal sebagai Resolusi Jihad. Bergemuruh dan membaranya tanah Jawa dan Madura kala itu juga tidak terlepas dari seruan jihad tersebut. Masyarakat sipil dan para santri bersatu di bawah komando Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari.

Terbukti di bulan selajutnya setelah lahirnya fatwa Resolusi Jihad, tepat di bawah awan mendung 10 November 1945 di Surabaya, terjadi perang besar-besaran dengan tentara Sekutu (Inggris) yang tak sedikit menewaskan para pejuang dan rakyat. Banyaknya pahlawan yang gugur, tidak menjadikan santri-santri waktu itu mundur, tetapi justru membuat semangat api santri semakin menyala hingga akhirnya Inggris takluk dan kalah. Surabaya yang kemudian dikenal sebagai Kota Pahlawan juga menjadi alasan kuat untuk mengenang keberhasilan menaklukkan Inggris di Surabaya itu sendiri.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan