Halakah Pendidikan: Mempertegas Peran Guru sebagai Mualim

1,190 kali dibaca

Setiap tahun sekali Pondok Pesantren (PP) Miftahul Huda Pangabasen, Gapura Timur, Gapura, Sumenep, mengadakan majelis halakah keislaman atau halakah kependidikan yang mendatangkan kiai-kiai tersohor.

Pada Ahad hari ini, 24 Juli 2022 PP Miftahul Huda mendatangkan Kiai Naqib Hasan (Ketua Pengurus Ponpes Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep). Kiai Naqib merupakan keponakan dari KH A Warits Ilyas (alm), atau keturunan langsung dari KH Moh Syarqawi (alm) sebagai pendiri Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep.

Advertisements

Di awal tahun pelajaran 2022-2003 ini, halakah kependidikan dikemas sesederhana mungkin dengan tajuk “Peran Guru Sebagai Mudarris dan Mualim”. Halakah ini diharapkan menjadi mutu gizi yang sangat apresiatif bagi kalangan muallim agar para guru bisa mengembangkan dan menularkan gagasan ilmunya sesuai kaidah penting dalam dunia pendidikan pesantren.

Sesuai dengan temanya, halakah ini penting dibudayakan guna memupuk ensiklopedis keislaman yang mau tidak mau harus ditegakkan di lingkungan pesantren.

Majelis ini bertempat di aula MTs Al-Huda dan dihadiri para pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda seperti KH M Mukhtar, Ketua Yayasan A Warits, guru sepuh K Nawawi dan KH Mukafi Dimyati. Hadir juga semua ustaz dan uztazah di bawah naungan Yayasan Miftahul Huda, mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga tingkat MA (Madrasah Aliyah).

Halakah kependidikan ini dimulai pukul 09.00 WIB, diawali dengan pembacaan tahlil bersama yang dipimpin oleh KH Mukafi Dimyati dan sambutan tunggal dari ketua Yayasan Miftahul Huda A Warits. Setelah itu dilanjutkan dengan pelantikan kepala mulai dari tingkat PAUD hingga MA oleh KH M. Mukhtar HS, pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda dan K Naqib Hasan.

Halakah dimoderatori oleh guru senior Moh Fathor Rois. Dalam halakah ini, Kiai Naqib Hasan menjelaskan intisari peran guru sebagai mualim, mudarris, dan murabbi di lingkungan Pesantren Miftahul Huda. Menurutnya, santri harus mempunyai nilai terdidik dan mengerti apa itu adab, baik secara intelektual maupun secara emosional.

“Pesantren merupakan cikal bakal pendidikan yang di dalamnya ada sekumpulan mudarris untuk bagaimana mengarahkan metodologi pembelajaran dengan tujuan mengembangkan murid sesuai kompetensi dasar yang ada di lingkungan pesantren,” jelasnya.

Ditegaskan juga, majelis taklim di bawah naungan Yayasan Miftahul Huda diharapkan mampu meragamkan pengetahuan santri ke arah kemajuan. Tidak hanya terpaku pada satu ilmu, akan tetapi bisa mengkombinasikan ilmu-ilmu sains selagi bermanfaat kepada khalayak banyak.

Di bagian lain, Kiai Naqib Hasan juga memaparkan tentang keutuhan budaya pesantren, baik tentang keteladanan, pendidikan, kreativitas, juga akhlak yang mestinya para mualim terus merawatnya dan menjadi contoh bagi muridnya.

Menurutnya, ilmu agama dan ilmu umum harus mampu mengarahkan tujuan pendidikan sosio kultural secara utuh, dan baik untuk berkembang di lingkungan pesantren.

Kiai Naqib Hasan juga mengupas profil guru sebagai murabbi. Tugas murabbi, menurutnya, adalah memperkuat daya emosional, nilai intelektual, dan penerapan nilai akhlak kepada santri, baik yang belajar secara formal maupun di lingkungan pesantren.

“Guru ini juga menjadi panutan, karena guru otaknya harus cerdas secara sosial maupun penuh hikmah secara dirasah. Untuk apa? Untuk senantiasa mendidik akal dan akhlak murid ke arah jalan kemajuan,” jelasnya.

Terakhir, Kiai Naqib Hasan menghadiahkan pesan kepada para mualim, bagaimana nantinya, lembaga bisa melaksanakan pembelajaran dengan peraturan-peraturan yang seharusnya menjadi budaya pesantren, mengembangkan ilmunya, dan harus membuat semuanya sehat akal dan pikirannya sehingga terdidik lebih dulu dan mendidik kemudian.

Halakah kependidikan diakhiri doa yang juga dipimpin oleh KH Mukafi Dumnyati hingga purna pada pukul 10.48 WIB.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan