Hafal Quran Antar Santriwati Jadi Mahasiswa Kedokteran

5,426 kali dibaca

Amelia Nazwa Hanum, seorang santriwati yang bersekolah di Madrasah Aliyah (MA) Al-Hidayat Pondok Pesantren Al-Hidayat Gerning, Kabupaten Pesawaran, Lampung telah berhasil mengharumkan nama pesantrennya. Ia adalah salah satu santri hafiz Quran yang berhasil diterima di jurusan kedokteran Universitas Lampung (Unila) pada tahun 2020 ini.

Hanum lolos seleksi  melalui program prestasi khusus. Hanum diterima di jurusan kedokterasn Unila bukan karena orang tuanya memiliki uang yang banyak, tetapi karena memang ia memiliki kualitas dan kelebihan dari pelajar lainnya, yakni hafal al-Quran 30 juz. Pesantren Al-Hidayat, tempat menimba ilmu Hanum, sekarang ini memiliki lebih dari 600 santri. Mayoritas santri di Pondok Pesantren Al-Hidayat bermukim di pesantren.

Advertisements

Pekerjaan orang tua Hanum adalah seorang pedagang buah di daerahnya di Kecamatan Kalirejo, Lampung Tengah. Walaupun orang tuanya seorang pedagang, Hanum tidak patah semangat. Ia justru termotivasi dengan kondisi kehidupan orang tuanya berlatar belakang sederhana.

Banyak siswa SMA yang antusias bisa menjadi bagian almamater perguruan tinggi negeri. Ada juga beberapa siswa yang sudah mendaftar di dua, bahkan tiga perguruan tinggi, namun tak satu pun yang lulus. Tak dapat dimungkiri kalau masuk perguruan tinggi negeri masih menjadi cita-cita mayoritas siswa MA, SMK, dan SMA.

Kisah kesuksesan santri Pesantren Al-Hidayat ini berawal saat Hanum mendaftar tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMBPTN). Setelah lolos persyaratan adminitrasi, ia mengikuti tes SBMPTN Jurusan Biologi Universitas Lampung dan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ketika pengumumuman, Hanum diterima di kedua universitas tersebut. Tak berselang lama, ada pembukaan pendaftaran jalur prestasi khusus jurusan kedokteran Universitas Lampung. Hanum mencoba mendaftar, dan hasilnya diterima melalui jalur prestasi khusus.

Selama ini orang beranggapan bahwa siswa dari kalangan santri memang menyandang stigma sangat jarang diterima di perguruan tinggi negeri ternama. Tidak semua pelajar apalagi dia adalah seorang santri mampu belajar di jurusan bergengsi. Tetapi berbeda dengan yang dialami Hanum, yang mampu menepis stigma itu. Hanum mampu membuktikan bahwa santri juga memiliki kualitas yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah lain di luar lingkungan pondok pesantren. Santri juga mampu unggul dalam bidang ilmu umum, bukan hanya dalam bidang agama.

Setelah ada pengumuman bahwa ia diterima di Jurusan Kedokteran Unila, Hanum pun tak menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Apalagi, hingga kini Jurusan Kedokteran Unila tersebut tetap menjadi favorit banyak siswa. Dia senang dan bangga bisa diterima di jurusan kedokteran. Latar belakangnya yang dari madrasah swasta di sebuah pondok pesantren ternyata mampu meloloskannya menjadi calon dokter. Dia pun mengajak para santri untuk optimis, percaya diri, dan terus belajar untuk menguasai berbagai disiplin keilmuan agar bisa masuk ke jurusan favorit di peruruan tinggi negeri. Tak perlu minder dengan latar belakang yang sederhana.

Setelah lulus kuliah melalui jalur prestasi atau beasiswa umumnya para santri diminta untuk mengabdikan diri di alamaternya. Tujuannya adalah untuk membantu pesantren mengembangkan sumber daya para santri.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan