Gaya Kiai Romzi Mengajar Kitab

590 kali dibaca

Mengajarkan kitab kuning kepada santri bukan perkara mudah. Selain dituntut menguasai materi, para kiai dan ustaz juga dituntut piawai dalam penyampaiannya. Ada banyak orang alim (di bidang kitab kuning), tapi tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan di dalam proses pembelajaran. Tak pelak, perasaan jenuh dan membosankan acapkali timbul dalam diri seorang santri.

Adalah berbeda dengan Kiai Romzi, sapaan akrab KH Moh Romzi al-Amiri Mannan, menantu kiai karismatik al-maghfurlah KH Hasan Abdul Wafi Paiton penggubah Selawat al-Nahdliyyah. Selawat ini viral sejak dilantunkan oleh Veve Zulvikar, seorang gadis muda penyanyi lagu kasidah-kasidah arab itu.

Advertisements

Adapun, Kiai Romzi kini dikenal sebagai ulama muda produktif berdarah Madura. Ia seakan tidak pernah kehabisan akal untuk membuat para santri selalu tertarik mengikuti pengajiannya dengan penuh khidmat. Ketertarikan ini bukan sekadar karena kedalaman ilmu agama yang dimiliki, tetapi juga cara penyampaiannya yang seringkali disisipi selera humor.

Mungkin, sebagian orang akan berpendapat bahwa ketika mengikuti pengajian seorang kiai nuansanya berbeda. Tegang. Sunyi dan serius. Namun, tidak demikian untuk sosok kiai satu ini. Gelak tawa santri seringkali menghiasi ruang pengajian beliau meskipun sesuai kadar seorang santri ketika di hadapan kiai; tetap sopan dan santun.

Pada waktu saya masih menjadi santri aktif di Pesantren Nurul Jadid, tepatnya di asrama Ma’had Aly asuhan Kiai Romzi, pengajian beliau selalu dinantikan oleh para santri. Kendatipun kitab yang diampuhnya terbilang sulit, seperti Ihya’ Ulumiddin, Tuhfa al-Tullab, al-Iqna’, hingga kitab karya beliau As-Tsamrah al-Yani’ah, al-Istilah, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, ketika memasuki bulan Ramadhan yang oleh pesantren kemudian disebut bulan kitab, pengajian Kiai Romzi menjadi penutup dari seri pengajian khataman kitab di Pesantren Nurul Jadid. Meski demikian, ghirah santri untuk mengikuti pengajian beliau semakin memuncak. Alih-alih terkantuk, justru humor beliau melampaui rasa kantuk santri. Apalagi, ketika menggunakan logat dan dialek khas Madura.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan