Fenomena Kewalian Gus Dur

2,215 kali dibaca

Ketika Jalaluddin Rumi wafat, kucing di rumahnya terlihat sedih berhari-hari, lalu ikut mati pula. “Ketika Gus Dur wafat juga demikian. Beberapa hari kemudian, kucing di rumahnya mati,” kata KH. Husein Muhammad membandingkan Gus Dur dengan Jalaluddin Rumi dalam sebuah acara bedah buku Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur, di Yayasan Khatulistiwa Kempek, 16 September 2012 silam.

Gus Dur sering dianggap aneh, dan ucapannya baru dianggap benar karena ternyata baru di kemudian hari ucapan beliau terbukti. Hal ini sesuai dengan tasawuf Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab al-Hikam yang mengatakan bahwa bagi orang-orang suci yang dekat dengan Allah, kata-katanya bisa mendahului zamannya. Ini bukan sesuatu yang aneh, sebab sering juga dialami para wali Allah.

Advertisements

Seorang waliyullah memiliki karamah yang menunjukkan kedekatannya dengan Yang Maha Kuasa. Selain kejadian-kejadian aneh, karamah ini seringkali berupa pengetahuan tentang hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Sebagaimana Gus Dur yang telah dikisahkan di dalam buku ini. Salah satu alasan Gus Dur disebut wali sebab Gus Dur dapat mengetahui sesuatu yang belum terjadi. Masyarakat Jawa biasa menyebutnya dengan istilah weruh sak durunge winarah (tahu sebelum kejadian).

Bukti karamah beliau yang mengetahui sebelum peristiwa itu terjadi, banyak diceritakan di dalam buku dengan judul Bukti-bukti Gus Dur Itu Wali dengan tebal 233 halaman ini. Salah satu bukti kewalian beliau yang berkenaan dengan topik ini adalah ketika Gus Dur meramal kerusuhan akan terjadi di Koja. Kisah ini diceritakan oleh KH Miftakhul Falah, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jakarta Utara, saat menunggui Gus Dur di RSUD Koja, Jakarta Utara, sekitar tahun 1994.

Ia bertutur, sewaktu Gus Dur sedang dirawat di rumah sakit itu, beliau menyempatkan diri berziarah ke makam Habib Hasan di Pemakaman Koja. Dalam ziarah ini, Gus Dur selalu ditemani beberapa orang sambil mendengarkan ceritanya. “Kalau di kemudian hari makam ini dibongkar, maka akan terjadi kerusuhan.”

Tak seorang pun membayangkan kalimat Gus Dur akan menjadi kenyataan, namun rupanya ketika makam itu akan dibongkar, benar-benar terjadi kerusuhan pada bulan April 2010 lalu (hlm. 80).

Kisah lain tentang Gus Dur yang dapat mengetahui sebelum sesuatu itu terjadi dapat pula dibuktikan saat beliau menerawang banjir bandang di Jakarta, firasat kerusuhan di Situbondo, firasat menjelang tsunami Aceh, isyarat pengeboman kedutaan Australia, mengetahui keberadaan Habib Lutfi Pekalongan, membaca masa depan politik seorang kiai, meramal Ketua Umum PBNU, membaca pikiran Sekjen PBNU, mengetahui kesulitan santri Ploso, mengetahui arah kebijakan Obama, dan lain sebagainya.

Soal banjir di Jakarta, siang-siang H. Sulaiman, asisten Gus Dur, mengaku ditelepon Gus Dur yang saat itu ada di Medan. Gus Dur memberi tahu agar teman-teman yang ada di daerah Kelapa Gading segera mengungsi karena akan ada banjir besar. Beberapa jam kemudian, air mulai menggenangi Jakarta sampai akhirnya menenggelamkan beberapa wilayah di Ibu Kota pada tahun 2002 itu.

Berkenaan dengan firasat menjelang tsunami Aceh, beberapa minggu sebelum bencana itu terjadi, tepatnya di Masjid Agung Demak, H Sulaiman diperintahkan oleh Gus Dur melalui telepon untuk membuka Al-Quran dan membaca ayat tepat di halaman yang dibuka pertama kali. Halaman yang terbuka waktu itu adalah surat Nuh, yang menceritakan tentang banjir besar yang melanda umat Nabi Nuh yang ingkar kepada Allah. “Itu artinya akan ada bencana besar menimpa Indonesia,” kata Gus Dur dari seberang. Benar saja, tak lama setelah itu, terjadi tsunami besar di Aceh.

Berkaitan dengan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj mengaku ketika usianya masih 46 tahun, diramal oleh Gus Dur akan menjadi Ketua Umum PBNU setelah mencapai usia 55 tahun. Ucapan Gus Dur terbukti benar, Kang Said menjadi Ketua Umum PBNU pada muktamar NU ke-32 yang berlangsung di Makassar Maret 2010 lalu pada usia 56 tahun.

Selain tentang keweruhan sak durunge winarah itu, buku ini juga mengungkap banyak tentang bukti-bukti kewalian Gus Dur. Tepatnya, 99 kesaksian tak berbantahkan dari sahabat, orang dekat, kolega dan keluarga Gus Dur. Salah satunya adalah sering dikunjungi tamu rahasia, semisal Sunan Ampel, Mbah Mutamakkin Kajen, Pati, beliau juga sering berkonsultasi kepada Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, berkomunikasi dengan Sunan Gunung Jati, menyingkap identitas seorang wali di tanah suci, memiliki ilmu laduni, memiliki ilmu melipat bumi, tidur dan ziarah dalam satu waktu, disinari saat berada di Arafah, awan tersibak saat pesawat kepresidenan lewat, dan kesaksian-kesaksian lain yang dapat dengan mudah ditemukan dalam buku ini.

Selamat membaca!

DATA BUKU

Judul                         : Bukti-bukti Gus Dur Itu Wali
Penulis                     : Achmad Mukafi Niam dan Syaifullah Amin
Penerbit                  : renebook
Cetakan                   : III, Oktober 2014
Tebal                        : 233 halaman
ISBN                      : 978-602-1201-03-9

Multi-Page

Tinggalkan Balasan