Pencuri Permen

1,239 kali dibaca

Sutopo sering mencuri permen di kios Haji Sanip. Bersama tiga teman, Sutopo selalu gemilang mencuri permen yang sebenarnya sanggup mereka beli.

Kadang anak 10 tahun itu merasa sungguh aneh, mengapa Haji Sanip yang mantan polisi yang seharusnya jeli menjaga keamanan tak sanggup menjaga hartanya sendiri?

Advertisements

Meski sejauh ini aman-aman saja, tetapi kadang Sutopo resah membayangkan dirinya tertangkap, diarak warga ke kantor polisi. Ia teringat pepatah yang diajarkan guru di ruang kelas bahwa, sepandai-pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh jua.

Kadang langkah anak kelas 4 SD itu terasa berat bila teman-teman mengajaknya beraksi.

“Kamu takut?” pancing Harsono, teman yang mengajarinya mencuri permen.

“Tidak! Aku berani. Sendiri pun aku berani,” sahut Sutopo.

“Coba buktikan,” tukas Harsono.

“Baik. Kalian tunggu di sini!”

Sutopo celingak-celinguk di depan etalase kios Haji Sanip. Ada tiga etalase alumunium di kios itu. Dua etalase masing-masing panjang sekitar 1,5 meter berada dekat dinding barat dan dinding timur kios.

Satu etalase utama sepanjang sekitar 2,5 meter sebagai pembatas pembeli dengan pemilik kios. Di bagian atas etalase utama inilah letak berderet stoples berisi permen aneka rasa, biskuit, dan jajanan lain.

Di atas etalase utama ada kawat melintang tempat menggantungkan rencengan-rencengan kopi, susu, minuman serbuk, dan aneka jajanan dalam kemasan saset. Rencengan-rencengan itu kadang menghalangi keberadaan Haji Sanip. Sering lelaki tua itu muncul mendadak dari balik rencengan-rencengan.

Sutopo mengamati sebuah stoples di bagian atas etalase utama yang penuh permen aneka rasa. Tatapannya penuh waspada, memperhitungkan dengan cermat berapa permen yang akan mampu diraupnya.

“Mau beli apa?” Haji Sanip muncul tiba-tiba dari balik rencengan-rencengan minuman serbuk. Haji Sanip bertubuh tinggi besar dan memiliki sepasang mata besar seperti melotot.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan