Fauzan, Pesantren Tua yang Melahirkan Banyak Ulama

625 kali dibaca

Pondok Pesantren Fauzan merupakan salah satu pesantren terbesar di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Terletak di Kompleks Pesantren Fauzan Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Garut, pesantren ini didirikan sekitar tahun 1850 M. Bahkan mungkin lebih silam lagi jika melihat jejak-jejak perjuangan leluhurnya. Tak heran, jika Pesantren Fauzan termasuk pada daftar pesantren tua di Nusantara hingga diberikan penghargaan ketika Perayaan 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) belum lama ini.

Syekh Muhammad Adzro’i (w.1918 M) yang merupakan penerus Pesantren Fauzan adalah generasi ketiga, dan merupakan ulama sohor pertengahan abad ke-19 M. Beberapa muridnya yang terkenal adalah KH Ahmad Syathibi Al-Qonturi atau yang terkenal dengan nama Mama Gentur, Syekh Umar Bashri (putra dari Syekh Muhammad Adzro’i), dan KH Muhammad Rusdi Haurkoneng Garut.

Advertisements

Setelah kepemimpinannya diteruskan oleh Syekh Umar Bashri, Pondok Pesantren Fauzan semakin banyak santri hingga melahirkan sekitar 500 santri yang mayoritas menjadi ulama besar dan pendiri-pendiri pesantren yang tersebar di berbagai daerah Pasundan. Di antaranya adalah KH Muhammad Yusuf Galumpit, KH Syarifuddin Tasikmalaya, KH Syathibi Sumedang, KH Mukhtar Cianjur, KH Eumed Ahmad Cimasuk, KH Badruddin Kudang, KH Muhammad Burhan Cijawura Bandung, dan KH Masykur, Menteri Agama 1947-1949. Alumni lainnya juga menjadi kiai dan tokoh agama di daerahnya masing-masing.

Di era penjajahan, Pesantren Fauzan juga ikut ambil bagian dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan membuat pasukan Daf’ussial. Sekitar 40.000 anggota dikerahkan untuk melawan pasukan Belanda dan Jepang di bawah pimpinan KH Muhammad Ishaq atau Aceng Sasa, yang merupakan putra dari Syekh Umar Bashri. Tak hanya perang fisik, Pesantren Fauzan juga menggunakan amalan-amalan berupa zikir dan doa dalam menjaga pesantren dari Pasukan Belanda dan Jepang, hingga akhirnya pasukan Belanda dan Jepang tidak bisa mengganggu kegiatan di pesantren. Bahkan, dua prajurit Jepang justru masuk Islam dan menjadi santri di Pesantren Fauzan.

Pada masa kepemimpinan KH. Muhammad, yang merupakan putra ketiga dari Syekh Umar Bahsri, sekitar tahun 1964 Pesantren Fauzan bergabung dengan NU. Berawal dari sinilah Pesantren Fauzan dekat dengan Gus Dur dan menjadi pendukung setia Gus Dur sampai sekarang. Pesantren Fauzan juga dekat dengan ulama-ulama berpengaruh dan memegang peran penting di organisasi NU.

Seiring perkembangan zaman, Pesantren Fauzan mulai membuat Lembaga Pendidikan Formal dengan dibentuknya Yayasan al-Fauzaniyyah yang diketuai oleh KH Abdul Mujib, A’wan PC NU Kabupaten Garut. KH Abdul Mujib tergolong ulama masyhur dan berpengaruh di Jawa Barat. Guna menunjang pengetahuan santri di bidang akademik, di lingkungan Pesantren Fauzan mulai dikembangkan pendidikan formal, mulai dari SMP hingga MA dan SMK Fauzaniyyah.

Dengan sistemnya yang Salaf-Moderat, Pesantren Fauzan tidak lantas melonggarkan ke-NU-annya. Pendidikan di pesantren yang selalu disirami dengan doktrin ke-NU-an, diterapkan juga di lembaga formal Yayasan al-Fauzaniyyah. Bila di pesantren konsep “ke-NU-an” diterapkan dengan pengajian kitab-kitab kuning, sejarah NU, dan pengamalan tradisi NU di kehidupan sehari-hari, di sekolah santri juga mendapatkan mata pelajaran ASWAJA dan Ke-NU-an.

Mata pelajaran ASWAJA dan Ke-NU-an di Yayasan al-Fauzaniyyah diberikan mulai dari kelas VII sampai kelas XII. Di mata pelajaran ini, selain  ASWAJA dan NU, juga juga diajarkan fikih dan tauhid dari kitab kuning yang diajarkan langsung oleh kiai di Pesantren Fauzan.

Kekentalan konsep ke-NU-an di sekolah juga tidak berhenti sampai di situ. Setiap hari Jumat, Yayasan al-Fauzaniyyah mengadakan Istighasah dan Mauidzah Hasanah yang selalu berkaitan dengan ke-NU-an. Istighosah ini biasanya dipimpin langsung oleh ketua Yayasan, KH Abdul Mujib atau Mayayikh di Pesantren Fauzan.

Hal yang lebih unik lagi, di MA Fauzaniyyah sebelum kelulusan, para peserta didik wajib mengikuti program Ubudiyyah, yaitu pembekalan akhir mengenai Ubudiyyah sesuai ajaran Ahlussunnah wa al-Jama’ah (NU) guna memperkuat dan menguji kemampuan santri sebelum akhirnya terjun di masyarakat dan menjadi alumni Fauzan. Para santri yang tidak mengikuti kegiatan tersebut, otomatis ijazahnya tertahan dan harus mengikuti program Ubudiyyah di tahun selanjutnya.

Saat ini, Pesantren Fauzan dipimpin oleh KH Umar A’lam atau yang dikenal dengan sebutan Aceng Aam, putra pertama dari KH Muhammad. Pesantren Fauzan kini sudah memiliki banyak cabang yang tersebar di wilayah Garut. Pesantren-pesantren cabang dari Pesantren Fauzan di antaranya Pesantren Safinatul Faizin (Fauzan II) di Cibalong, Pesantren Salaman (Fauzan III) di Sukaresmi, Pesantren Al-Faizin (Fauzan IV) di Sukaresmi, Pesantren Bidayatul Faizin (Fauzan V) di Cikajang, Pesantren Mambaul Faizin (Fauzan VI) di Cisurupan, Pesantren Mukhtarul Faizin (Fauzan VII) di Sukaresmi, dan Pesantren Farohan (Fauzan VIII) di Sukaresmi, yang semuanya berada di Kabupaten Garut.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan