Etika Komunikasi dalam Al-Quran

1,409 kali dibaca

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan lainya. Sudah menjadi fitrah, Allah menciptakan manusia berbeda-beda agar saling mengenal satu sama lain. Karena itu, derajat manusia sama di sisi Allah. Yang membedakan hanya tingkat ketakwaan. Jika manusia melakukan kesalahan, maka sepantasnya untuk mendapat hukuman. Dan sebaliknya, memperoleh ganjaran bila melakukan kebaikan.

Dalam Al-Quran telah digariskan adanya nilai-nilai positif yang harus dilakukan, dan negatif yang semestinya dihindarkan. Termasuk dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, etika sangat penting guna menghasilkan hubungan timbal balik antara dalam komunikasi antarsesama.

Advertisements

Dengan etika, hubungan akan terjalin harmonis. Misalnya, jika muncul sikap saling menghargai dan saling memahami karakteristik seseorang, maka komunikasi akan terbangun dengan baik, terjalin dengan harmonis.

Dalam hal ini, Al-Qur’an telah memberikan pedoman yang diharapkan bisa menjadi panduan beretika dalam berkomunikasi. Islam selalu mengajarkan untuk berkomunikasi secara beradab, penuh penghormatan terhadap orang lain.

Etika komunikasi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Kita harus menjadikan keduanya fondasi dasar untuk bertindak, berpikir, dan berbicara dalam kehidupan sehari-hari.

Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisa:148-149 yaitu:

ايُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا,إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

Artinya: “Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya, atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sungguh, Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa.”

Terdapat enam pola etika dalam Al-Quran yang dapat dijadikan pedoman dalam berkomunikasi. Pertama, qoulan balighan (berkomunikasi secara efektif). Perkataan ini, Allah memerintahkan untuk berbicara secara efektif dan melarang untuk berbicara yang bertele-tele. Perkataan yang efektif adalah perkataan yang disampaikan selalu membekas pada seseorang dan pesan yang disampaikan tepat sasaran.

Kedua, qoulan maisuran (perkataan yang logis, mudah dipahami dan dimengerti). Dalam berkomunikasi, Islam bertujuan untuk mendekatkan Tuhan dengan hamba-Nya. Penolakan permintaan tidak boleh dengan menyinggung perasaan orang lain.

Kita sebagai seorang komunikator, misalnya, hendaknya mampu menampilkan sesuatu yang disukai orang lain dengan sikap empati dan simpati. Sebagian besar, sikap simpati jauh lebih diinginkan dalam berkomunikasi; sedangkan empati membutuhkan kemampuan untuk membaca situasi orang lain.

Ketiga, qoulan karima (perkataan yang baik, sopan santun, lemah lembut dan berakhlak mulia). Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan seseorang, tetapi dinilai dari perkataannya.

Dengan demikian, Islam mengajarkan kepada kita untuk selalu menggunakan perkataan yang sopan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ini dapat kita terapkan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua daripada kita.

Keempat, qoulan ma’rufa (perkataan yang menimbulkan kedamaian dan ketentraman). Setiap manusia dituntut untuk berkomunikasi yang baik karena setiap perkataan yang diucapkan akan terus tersimpan dalam hati komunikan. Karena itu, kita hendaknya menggunakan perkataan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, dan mengetahui kapan kita harus diam dan kapan harus berbicara.

Kelima, qoulan saddida (perkataan yang benar, jujur, tidak bertele-tele). Ucapkan perkataan yang benar kepada orang lain sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Jika kita berkata jujur maka hati kita akan tenang, bahagia, jauh dari rasa gelisah.

Karena itu, kita dianjurkan untuk selalu berkata jujur karena kita akan mudah dipercaya orang lain. Sebaliknya, jika berkata tidak jujur satu kali pun, maka orang lain tidak akan atau sulit mempercayainya lagi.

Terakhir, qoulan layyina (perkataan lemah lembut, agar pesan yang disampaikan sampai kepada penerima). Berkomunikasi harus dilakukan dengan perkataan yang lemah lembut, hati yang keras akan menjadi halus dan kekuatan orang yang sombong akan lemah. Sebab, Islam mengajarkan untuk selalu berkomunikasi dengan lemah lembut. Dalam berkomunikasi harus dengan perkataan yang baik, tidak menjelek-jelekan, dan saling menghormati.

Dengan demikian, setiap orang harus menanamkan kembali perilaku berta’aruf dan bersilahturahmi. Pola komunikasi yang baik dapat kita jadikan pedoman untuk menumbuhkan perilaku tersebut. Jika Al-Quran selalu ada pada diri kita, maka ketentraman dan kedamaian akan selalu ditemukan dalam kehidupan.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang memberikan pedoman dalam beretika sesuai dengan Al-quran, yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan