Dinamika Santri, Dulu dan Kini

1,142 kali dibaca

Santri adalah sosok yang kehadirannya diharapkan selalu membawa kearifan tengah masyarakat. Dulu dan kini masih seperti itu. Masyarakat juga tidak memandang latar belakang dari para santri, entah itu dari keluarga bangsawan maupun keluarga masyarakat awam.

Setelah selesai menempuh pendidikan di pesantren, seorang santri diharapkan dapat mengajarkan ilmu agama di masyarakat. Banyak lulusan pesantren yang diundang untuk ceramah atau berdakwah di berbagai tempat, bahkan sampai luar negeri. Tak hanya itu, karena dinilai sebagai sosok yang jujur dan dipercaya, tak sedikit santri yang memperoleh tawaran untuk bekerja di banyak tempat atau perusahaan, mislanya.

Advertisements

Lebih dari itu, dapat dikatakan bahwa santri sering juga disebut sebagai calon-calon pemimpin umat, pemimpin bangsa. Pada akhirnya memang banyak tokoh masyarakat atau pemimpin bangsa yang berlatar belakang santri.

Meskipun zaman telah berubah, keberadaan pondok pesantren sebagai tempat santri menuntut ilmu ternyata tak lekang oleh waktu. Jumlah pondok pesantren dan santri terus bertambah dan menyebar di seluruh pelosok Indonesia. Hingga kini, diperkirakan jumlah pondok pesantren, baik yang modern maupun yang salaf, mendekati angka 30.000.

Sementara itu, jumlah santri berdasarkan data Kementerian Agama mencapai lebih dari 5 juta orang untuk santri yang bermukim atau tinggal di pondok. Sedangkan, jika ditambah dengan santri tak bermukim, jumlahnya mendekati 20 juta orang. Dengan populasi pesantren dan santri yang demikian besar, tentu ini akan potensi besar bagi bangsa Indonesia untuk pengembangan sumber daya manusia dalam menyiapkan calon-calon pemimpin masa depan.

Dulu dan Kini

Sejarah mencatat, di masa lalu banyak pondok pesantren yang melahirkan manusia-manusia berkualias, tokoh-tokoh masyarakat, yang memimpin dan menggerakkan masyarakat untuk berjuang merebut kemerdekaan dan kemudian memajukan masyarakat. Namun, karena zaman telah berubah, maka dinamika dan tantangan yang dihadapi santri berbeda pula. Perbedaan ini sangat jelas jika kita perhatikan santri di zaman modern ini.

Dewasa ini, pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi menawarkan berbagai kemudahan, termasuk bagi kalangan santri. Memang, ketika berada di lingkungan pondok pesantren, akses santri terhadap produk dari ilmu pengetahuan dan teknologi informasi masih terbatas.

Tetapi, saat tiba masa libur dan berada di rumah, santri masa kini tak ubahnya seperti generasi milenial pada umumnya. Mereka juga akrab dengan segala teknologi informasi, seperti gawai dengan segala fitur sosialnya. Jika selama di pondok mereka sibuk kitabnya, saat berlibur di rumah mereka mulai sibuk dengan gawainya.

Hal seperti ini tidak pernah ditemukan pada santri di masa lalu. Sumber informasi mereka masih terbatas pada kiai atau ustadz dan kitab. Juga, santri di masa dulu tidak pernah ada masa liburan panjang seperti santri masa kini. Bukan karena hanya minimnya transportasi, tapi juga karena pesantren yang mereka pilih juga jauh dari tempat asalnya. Meskipun begitu, santri zaman dulu dipenuhi semangat dan cita-cita tinggi karena kehadirannya memang ditunggu-tunggu oleh masyarakatnya.

Kegigihan santri di masa lalu itu patut dijadikan teladan oleh untuk para santri masa kini, di mana cita-cita dan harapan bangsa banyak ditujukan kepada lembaga pesantren sebagai pencetak manusia-manusia yang berakhlak, manusia yang peduli dengan sesama, serta manusia yang dapat mengemban amanah bangsa. Meskipun dimudahkan oleh kemajuan teknologi, jangan sampai membuat santri masa kini terlena.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan