DAN SEPERTIGA MALAM

1,221 kali dibaca

TERLUPAKAN

Di antara angin, tubuhku bercerai
Perlahan menipis, berbentuk asap, hingga hilang
Sebuah kalung kesepian jatuh di atas rumput
Menjalar ke dalam tanah, hingga ke jantung laut

Advertisements

Aku mengembara
Dari kedalaman, aku memanggilmu
Melalui puisi ombak berdebur menerpa daratan
Memberikan basah di dua telapak kaki

Pernahkah kau merindukan debur dan basah ombak dariku?
Aku bertanya pada laut
Semestinya begitu
Meskipun angin dan laut adalah sahabat karib
Meniupkan perih di luka menganga
Terkadang memang dilupakan

Meski ratusan ombak ingin berbicara padamu
Tak ada yang bisa dilakukan
Hanya peribahasa yang tidak dimengerti
Olehmu yang terbata-bata membaca tanda dariku

Orang-orang hanya mengingat keindahan laut
Bukan memperhatikan
Tentang angin yang bekerja sama dengan air
Untuk menciptakan keindahan itu

Riau, 2022.

KIAMAT

Zaman berada di tepi jurang
Langit sebentar lagi akan runtuh
Planet di luar angkasa akan berbenturan
Matahari tak lagi menyala di timur
Pada barat, ia padam, dunia gelap

Hitam mengepung seluruh umat
Orang-orang terlena di tepi jurang
Berpesta dengan bir dunia
Mabuk dan terjatuh
Binasa, tersentak lalu tergugu

Dunia tidak lagi seperti biasa
Orang-orang bagaikan debu ditiup puting beliung
Air menerjang dan kehancuran membangunkanmu
Dari tidur panjang
Pada ranjang yang membuat terlena
Untuk tak mengingat usia bumi semakin renta

Riau, 2022.

SUBUH

Dinginnya mengingatkan
Bahwa ada sebuah nikmat yang tidak boleh dibiarkan lelap
Sebab ada pintu keberkahan membuka jalan menuju surga
Tempat berteduh dari lelahnya sakit malam
Melukai dada hingga berdarah-darah

Malam bagimu adalah kesunyian berduri
Menghancurkan batin hingga remuk
Di bibir pagi, kau kecup sajadah
Segala kemegahan dunia runtuh
Malaikat mencatat setiap air mata dan sakit menjadi doa baik
Mengalir seperti sungai menuju keharibaan-Nya

Riau, 2022.

ZUHUR

Matahari telah melewati ubun-ubun
Peluh berbau amis di sekujur tubuh
Orang-orang menepi, jam menghabiskan separuh hari
Di tengah sengatan matahari

Rumah-rumah Tuhan memanggil sedemikian merdu
Mengetuk hati dan menggerakkan langkah
Bertemu Tuhan mengetuk pintu langit
Sebelum perjalanan menggenapkan tubuhnya

Riau, 2022.

ASAR

Seperempat siang telah berlalu
Panggilan demi panggilan bergema di langit
Orang-orang mengemas lelah
Kemudian bersujud menyerahkan segala nasib
Ke atas langit

Matahari mulai meredam terik
Udara sore mengingatkan kepulangan
Tentang jarak yang terpisah
Beberapa jam, hari, minggu, bulan hingga tahun
Dermaga awal sebelum mega berwarna darah
Mengisyaratkan tentang malam

Riau, 2022.

MAGHRIB

Tanda merah di ujung langit merona
Orang-orang telah menutup rapat pintu dan jendela
Kesibukan meninggalkan hening
Malam merambat di separuh bumi
Panggilan merdu di mesjid-mesjid bersahutan
Suara sandal yang memanggil surga
Berjalan ke arah rumah suci

Setiap langkah berjalan, lenyap dosa yang hitam
Malaikat seksama mencatat kebaikan dan menghapus keburukan
Di kaki malam, doa-doa, zikir mekar di angkasa
Puncak khidmat ibadah setelah mengarungi dunia
Dari tepian hingga mencapai daratan kembali

Riau, 2022.

ISA DAN SEPERTIGA MALAM

Sebelum mimpi kau peluk dalam-dalam
Ada tubuh rebah bersujud di bawah bintang-bintang
Iman purnama di dada
Keberkahan mekar
Pintu surga terbuka lebar

Kau serahkan segala lelah hari itu
Setiap malam, adalah waktu hening
Berbincang dengan khusuk pada Tuhan
Tentang apa-saja

Hingga di separo malam
Kau pasrahkan dengan sepenuh-penuhnya rembulan
Menaikkan pasang ke daratan
Hingga muara tidak memiliki tempat

Di tengah kesunyian
Kau rayakan air mata seorang diri
Dengan cahaya api pembakaran cela
Setiap hari yang jatuh di buku catatan
Sebagai tempat kembali
Kau sadar, bahwa diri bukanlah seorang yang putih
Melainkan seperti pakaian
Harus dicuci setiap hari

Riau, 2022.

ilustrasi: toknyong.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan