Buku Cerita Mahasantri

Cerita Mahasantri: Esai-Esai Pilihan Mahasantri Ma’had Aly Se-Indonesia

766 kali dibaca

Geliat literasi dan tulis menulis mahasantri ma’had aly serasa tak pernah pupus, hal ini —salah satunya— ditandai dengan hadirnya sebuah buku berjudul Cerita Mahasantri.

Buku yang berada di hadapan pembaca merupakan sebuah antologi atau kumpulan esai tentang pengalaman mahasantri pada tiap ma’had aly di seluruh Indonesia. Kehadiran buku ini dilatarbelakangi dari kegiatan yang bertajuk “sayembara menulis esai Cerita Mahasantri” yang diadakan oleh Media Center Ma’had Aly Nurul Jadid dalam rangka memperingati milad ke-12 Ma’had Aly Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur.

Advertisements

Sayembara tersebut berlangsung pada tanggal 25 Agustus-20 Oktober tahun 2022 lalu. Total esai yang terkumpul sebanyak 43 naskah dari berbagai ma’had aly, pertanda bahwa minat dan antusiasme dari mahasantri ma’had aly se-Indonesia cukup tinggi.

Buku Cerita Mahasantri yang terdiri dari 233 halaman ini memuat 30 esai pilihan dari total 43 esai yang masuk ke Media Center Ma’had Aly Nurul Jadid selaku penyelenggara. Buku ini diterbitkan langsung oleh Bayt El-‘Ulum —penerbit Ma’had Aly Nurul Jadid yang baru rilis pada tahun 2023.

Karenanya, buku ini walaupun seharusnya sudah dicetak pada tahun 2022 lalu akan tetapi baru terbit cetak di bulan agustus 2023, uniknya buku ini juga merupakan buku pertama yang dicetak oleh penerbit Bayt El-‘Ulum. Selain itu keberadaan Bayt El-‘Ulum yang digagas oleh mudir Gus Muhammad al-Fayyadl ini menjadi angin segar bagi setiap mahasantri dan muhadir (dosen), utamanya mahasantri dan dosen yang memang pegiat literasi dan tulis menulis. Mereka diimbau untuk terus berkarya yang nantinya akan diterbitkan oleh Bayt El-‘Ulum.

Penulis sendiri menjadi saksi bahwa profil mudir baik mudir sebelumnya, yaitu Almrhum Dr KH Moh Romzi al-Amiri Mannan dan Gus Muhammad al-Fayyadl M.Phil merupakan pembaca yang tekun dan penulis yang produktif. Sebagai santri —santri Ma’had Aly Nurul Jadid khususnya dan santri pada umumnya— penting untuk menjaga semangat dari guru-gurunya.

Konten buku yang cukup beragam dari berbagai kisah mahasantri ma’had aly se-Indonesia menjadikan buku ini menarik untuk dimiliki dan dibaca. Sebagai pembaca, melalui buku ini kita akan mempunyai gambaran —walaupun tidak sempurna— betapa uniknya menjalani pendidikan salaf di ma’had aly. Jangan salah sangka dulu, saya tidak sedang mempromosikan Ma’had Aly Nurul Jadid atau ma’had aly lainnya, tapi memang begitu kenyataannya.

Saya akan mencontohkan betapa unik dan “saktinya” mahasantri ma’had aly. Sebut saja Sofiyatul Rizkiyah, esais dari Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, ini merangkai harmoni kehidupan yang ia jalani di ma’had aly tersebut dan diberi judul “Tatkala Ma’had Aly Menyadarkan Saya”.

Dari judulnya saja daya magisnya luar biasa. Ia merasakan sebuah kesadaran ketika ma’had aly “mampu” menyadarkan dirinya. Asumsi saya, sebenarnya judul ini sedikit abstrak dan bias, oleh karena itu dalam tulisannya ia harus mampu mengurai apa makna menyadarkan yang ia maksud, menyadarkan dalam hal apa dan kepada apa.

Setidaknya saya mendapatkan kesimpulan ketika membaca tuntas esai Sofiyatul Rizkiyah ini, bahwa menjalani pendidikan dan pembelajaran di ma’had aly menyadarkan dia akan pentingnya menjaga semangat belajar, berjiwa kompetitif, dan membangun gagasan-gagasan brilian. Ia tak habis pikir, kalau belajar di ma’had aly sebegitu “ruwetnya”. Hal ini ia tuangkan dalam salah satu paragrafnya:

Sejak sebelum menginjakkan menginjakkan kaki di Ma’had Aly, saya mengetahui bahwa di Ma’had Aly cara belajar dan mengajar yang berjalan adalah dengan menggunakan metode diskusi, tetapi saya tidak tahu bahwa di sini, metode tersebut akan benar-benar berjalan. Mengapa demikian, karena semua teman saya benar-benar tidak mau ketinggalan, mencoba untuk bersikap kompetitif dan menyumbangkan gagasan, sedangkan saya sendiri masih melongo mencoba mencerna sekaligus memahami keadaan dalam dunia baru ini. Dunia di mana budaya menerima dan melakukan kritik terpelihara dengan apik. Ungkapnya (halaman 37)

Belajar di ma’had aly menjadi sebuah nikmat yang tak terkira. Tiga aspek penting dalam kehidupan: intelektualitas, spiritualitas, dan moralitas menjadi lebih terarah dan terangkat berkat polesan para kiai.

Ungkapan tersebut dinyatakan oleh Ahmad Hidhir Adib —penulis esai sekaligus mahasantri Ma’had al-Jami’ah al-Aly UIN Malang— tatkala ia benar-benar merasakan sentuhan batin ketika bersama sang kiai melalui sorogan kitab yang mana ia harus membacakan kitab secara langsung di hadapan sang kiai dan bacaannya disimak oleh sang kiai serta ditegur apabila terjadi kekeliruan bacaan dan makna. Ia menggambarkan bahwa para kiai merupakan sosok ideal untuk dijadikan panutan. Sebab, mereka memiliki pengetahuan yang cukup luas berdasarkan literatur keislaman yang dielaborasikan dengan kemampuan metodologis.

Gambaran tentang ma’had aly melalui esai-esai yang menceritakan tentang ma’had aly ini, tentu hanyalah bagian kecil dari ma’had aly itu sendiri. Ia punya ciri yang khas, kultur yang khas, serta keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Bagaimana, sudahkah pembaca sekalian memiliki gambaran tentang ma’had aly? Kalau belum, saya rasa Anda perlulah ngopi bersama salah satu mahasantri ma’had aly yang ada di Indonesia. Ke depan, dalam segmen lain saya akan mencoba mengulas beberapa karya tulis baik berupa buku atau kitab yang ditulis oleh mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid. Insyaaallah.

DATA BUKU

Judul Buku: Cerita Mahasantri
Penulis: Mahasantri Ma’had Aly Se-Indonesia
Penerbit: Bayt El-‘Ulum Ma’had Aly Nurul Jadid
Tahun Terbit: Cetakan I, Agustus 2023
Tebal: x + 233 Halaman; 14 x 21 cm

Multi-Page

Tinggalkan Balasan