Cak Nun dan Narasi “Firaun” Itu

851 kali dibaca

“Kita tidak akan pernah mencapai perdamaian sejati jika kita terus-menerus menggunakan caci maki sebagai senjata. Mari kita fokus pada dialog yang membangun dan saling mendengarkan, karena hanya melalui pemahaman dan penghargaan bahwa kita dapat mengatasi perbedaan dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.” (Mahatma Gandhi)

MH Ainun Nadjib atau yang biasa dipanggil Cak Nun, saat ini sedang mendapatkan perawatan intensif di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Di banyak media pemberitaan, Cak Nun dirawat karena mengalami pendarahan di otak dan harus mendapatkan penanganan yang maksimal. Tentu kita berharap bahwa Cak Nun segera sehat dan kembali dapat beraktivitas dakwah, literasi, seni, dan lain sebagainya.

Advertisements

Hari ini saya disuguhkan sebuah artikel berkualitas yang ditulis oleh Kiai Mukhlisin (saya biasa menyebut Beliau dengan Mas Kiai). Sebuah artikel dengan judul “Dan Cak Nun pun Dijenguk ‘Firaun,'” sebuah narasi alegori absurd yang bias dan akan melahirkan banyak interpretasi. Karena narasi Firaun bersifat negarif, disejajarka dengan Raja Firuan (Ramses II) yang hidup di zaman Nabi Musa. Kemudian, Firaun menjadi simbol kesombongan seorang manusia hingga dirinya membastiskan diri sebagai Tuhan.

Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai narasi konfrontasi terhadap artikel yang ditulis oleh Mas Kiai. Karena saya (penulis) tidak memiliki kapasitas yang mumpuni sebagai sosok konfrontator dengan silogisme ilmiah kaitannya dengan artikel Kiai Mukhlisin ini. Tulisan ini hanya sebatas tafsir lain terhadap sebuah narasi yang tidak biasa. Ketika Cak Nun mengatakan Jokowi sebagai Firaun, maka hal tersebut tidak biasa bagi masyarakat awam dan perlu penafsiran yang juga tidak biasa.

Caci Maki atau Kritik?

“Kekuatan kata-kata adalah alat yang kuat, namun dengan kekuatan itu datang tanggung jawab besar. Kita harus menggunakan kata-kata kita dengan bijak dan menghindari caci maki. Ketika kita menggunakan kata-kata yang penuh kebencian, kita hanya memperburuk situasi dan memperluas kesenjangan di antara kita. Mari kita bangun dunia yang lebih baik dengan menghormati satu sama lain dan mengekspresikan pendapat dengan cara yang menghormati.” (Nelson Mandela)

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan