Belajar dari Fikih Peradaban dan Fikih Beradab

900 kali dibaca

Beberapa waktu lalu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam menyambut 1 Abad NU memprogramkan Halaqah Fikih Peradaban di lebih 250 titik pesantren Indonesia. Dilihat dari latar belakang dan tujuannya, program besar ini merupakan upaya dalam menanggapi isu-isu krusial dunia. Selain itu, program ini juga bisa dikatakan sebagai bukti konkret terjunnya Nahdlatul Ulama dalam percaturan politik tingkat internasional.

Namun tanpa disangka, program besar PBNU ini justru mendapat tanggapan serius oleh beberapa tokoh besar Indonesia terkait hasil yang ditetapkan dari Halaqah Fikih Peradaban. Tanggapan ini tidak terlepas dari lahirnya Bahtsul Masail Halaqah Ulama ASWAJA yang diprakarsai KH M Najih Maimoen Zubair (Sarang) dan kawan-kawan pada Kamis, 2 Februari 2023 di Sarang, Rembang. Bisa disearching di Google bagaimana tanggapan-tanggapan ini telah terkumpul dalam bentuk soft file bernama “Fikih Beradab: Menjawab Kerancuan Fikih Peradaban.”

Advertisements

Syukurnya, di balik sekian banyak tanggapan yang termaktub dalam Fikih Beradab ada satu hasil yang bergandeng tangan atau sejalan dengan hasil yang ditetapkan dari serial Halaqah Fikih Peradaban. Fikih Peradaban dan Fikih Beradab sama-sama sepakat bahwa Indonesia adalah negara Islam. Menarik sekali, ketika satu keputusan yang sama berupa “Indonesia adalah negara Islam” diambil dari sumber rujukan yang sama pula, yakni kitab Bughyatul Mustarsyidin.

Barangkali hanya satu keputusan berupa “Indonesia adalah negara Islam” yang bisa membuat pembaca lega membaca perbedaan pemikiran dari sajian Fikih Peradaban dan Fikih Beradab. Termasuk yang lebih penting dan harus digarisbawahi bersama, bahwa perbedaan pendapat serial Fikih Perdaban dan Fikih Beradab ini sebagai bukti bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan.

Tradisi Perdebatan Pemikiran

Perdebatan pemikiran seperti Fikih Peradaban dan Fikih Beradab tentunya bukanlah hal yang baru dalam Islam. Dahulu kala, perdebatan pemikiran seperti ini memang menjadi tradisi di kalangan ulama besar yang satu dengan yang lainnya. Banyak sekali ditemukan ulama-ulama terdahulu beradu pendapat dan saling menentang satu dengan yang lainnya. Sehingga melalui perdebatan ini selalu lahir sesuatu yang baru sebagai hasil/produk dari perdebatan pemikiran kala itu.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan