Barokah Kiai dan Kisah Para Udin

4,070 kali dibaca

Di sebuah ruang kelas diniyah pondok pesantren, seorang ustadz sedang membuka pelajaran baru dengan bercerita tentang kehidupan di pondok.

“Pondok ini penuh dengan barokah. Kita harus yakin akan hal itu. Banyak cerita yang menunjukkan barokah kiai pondok kita ini,” ujar Ustadz Fadil. Para santri baru menyimak penuturannya dengan antusias.

Advertisements

“Salah satu cerita yang masih lekat di ingatan saya hingga kini adalah pengalaman salah seorang santri tatkala melamar kerja. Namanya Udin. Sebagai seorang magister pertanian, dia bermaksud melamar kerja jadi dosen di salah satu kampus ternama di Malang,” Ustadz Fadil berhenti sejenak guna mengambil napas sambil memandangi para santri.

“Ketika memasuki ruangan petinggi kampus untuk melakukan interview, Cak Udin membacakan doa yang diijazahkan oleh kiai. Sebuah keanehan, yang kuyakini sebagai sebuah barokah terjadi di ruangan itu. Petinggi kampus itu ternyata juga seorang jebolan pesantren. Bukannya diberi pertanyaan seputar pertanian layaknya calon dosen pertanian, Cak Udin malah disuruh membaca kitab gundul. Dan untungnya, Cak Udin mampu membacanya dengan lancar. Ini karena barokah dari doa kiai dan barokahnya rajin mengaji. Coba kalau misalnya Cak udin di pondok cuma numpang tidur, pasti ceritanya akan berbeda. Nah, karena kemampuannya membaca kitab gundul cukup bagus, akhirnya Cak Udin diterima jadi dosen tanpa ada tes lagi,” pungkas Ustadz Fadil.

Para santri terkesima mendengar cerita itu. Seorang santri baru yang juga bernama Udin bahkan sampai mengangguk berkali-kali karena meresapi cerita itu. “Saya akan jadi the next Udin,” pikirnya.

“Ada cerita lain,” Ustadz Fadil menyambung kalimatnya yang sejenak tadi telah terhenti.

“Ini juga tentang barokahnya kiai pondok kita ini. Ada seorang khodim, namanya juga Udin. Dia adalah teman sekamarku. Tapi bukan Udin yang jadi dosen tadi. Kita tahu, banyak sekali Udin di dunia ini. Ngomong-omong di kelas ini ada yang namanya juga Udin?” tanya Ustadz Fadil. Seketika itu ada empat orang santri mengangkat tangan. Para santri tampak terperangah dan cekikikan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan