Bagaimana Pesantren Menjawab Tantangan Zaman Now

1,042 kali dibaca

Bisa jadi pesantren sedang dan akan terus menjadi kawah candradimuka yang melahirkan sebenar-benarnya manusia, sebaik-baiknya manusia, Insan Kamil. Dengan demikian, pesantren menjadi benteng peradaban manusia di muka bumi. Sehingga peran dan tugas manusia sebagai khalifatullah fil ardl bisa ditunaikan dengan sebaik-baiknya.

Di New York 1997, sebuah momen bersejarah tergelar, pertandingan catur antara juara dunia catur saat itu, Gary Kasparov melawan Komputer Deep Blue. Pertandingan catur ini berlangsung dalam 6 babak. Gary Kasparov pernah menang dan Deep Blue juga pernah menang, serta sisanya remis.

Advertisements

Sekira tahun-tahun itu, saat Bangsa Indonesia begitu kalut dan sibuk dengan urusan runtuhnya Orde Baru dan krisis ekonomi, suatu komisi khusus di Eropa mulai membahas secara serius berdasarkan pandangan etik dan moral; apakah robot dengan kecerdasan buatan boleh menggantikan manusia.

Pada 2021, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memasuki fase kelima, revolusi industri jilid 5, 5G. Era Big Data dan Kecerdasan Buatan ini melahirkan “isme” baru, yaitu datasentrisme atau infosentrisme untuk menandai dan membaca perkembangan zaman now.

Kita lihat, dalam dunia kanak-kanak, drone bisa berbentuk helikopter mainan yang bisa terbang hingga ketinggian tertentu dan bisa dikendalikan oleh anak-anak melalui remote control. Dalam dunia olah raga, drone bisa dilengkapi dengan kamera digital berpresisi tinggi untuk merekam dan menyiarkan secara langsung suatu pertandingan sepak bola dengan kualitas gambar beresolusi tinggi.

Sementara, dalam dunia militer, drone bisa dipersenjatai dengan rudal udara ke udara atau rudal udara ke laut atau rudal udara ke darat dengan kemampuan daya rusak yang sangat besar. Perang di Timur Tengah dewasa ini sungguh menjadi panggung pertempuran antara manusia versus robot pintar yang bisa terbang.

Dalam bidang kedokteran, robot pintar bisa berinteraksi tanya jawab dengan seorang pasien untuk mendiagnosis dan melakukan tindakan pengobatan untuk menyembuhkan pasien tersebut. Hanya, hal ini masih menjadi perdebatan etik dan moral, “Apakah sebuat robot boleh mengobati manusia?”

Di Indonesia, bank-bank pemerintah maupun swasta sedang bersiap-siap untuk menutup ratusan kantor cabang di segenap penjuru Nusantara karena fungsi dan tugas teller dan customer service bisa digantikan oleh robot-robot pintar yang berupa mesin-mesin ATM. Banyak sekali lapangan pekerjaan yang selama ini digarap oleh manusia, secara bertahap akan diisi dan digantikan oleh robot-robot pintar, seperti stasiun pengisian bahan bakar umum, bengkel servis kendaraan bermotor, analis keuangan, industri manufaktur, dan seterusnya dan sebagainya. Manusia-manusia yang kehilangan pekerjaannya ini, yang jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun belakangan ini, menjadi pengangguran. Lalu bagaimana manusia mempertahankan kehidupannya di muka bumi?

Beberapa tahun yang lampau, saat beruntung, kita bisa mendapat semacam hadiah senyuman manis dari petugas pintu tol saat menerima uang kembalian bayar tol. Sekarang, kita harus buru-buru menempelkan kartu e-money ke mesin pintar dengan ancaman balok palangan pintu tol.

Saya mempunyai sahabat serta saudara yang hafal Al-Qur’an, hamilul Qur’an, yang sangat mengagumkan. Betapa tidak, Al-Qur’an yang berisi firman-firman Allah sebanyak 30 juz dan 114 surat bisa dihafalkan dengan baik dan benar mulai dari juz 1 hingga juz 30 atau sebaliknya dari juz 30 hingga juz 1.

Sampai beberapa waktu yang lalu, ada pesan singkat dalam HP android saya bahwa Al-Qur’an 30 juz dan 114 surat bisa diunduh melalui sebuah situs berbayar. Jadilah HP saya memuat Al-Qur’an 30 juz dan 114 surat tersebut.

Sekarang saat saya menggenggam HP tersebut, saya menggenggam Al-Qur’an. Saya kemudian menjajal kepintaran sang HP dengan bertanya melalui mesin pencari: “Allah menguji orang beriman?” Dalam sekejap mata sang HP menjawab dengan menampilkan berturut-turut: Surat Al-Baqarah ayat 249, Ali Imran ayat 166, dan Al-Ma’idah ayat 94.

Allah berfirman: “Dan apa yang menimpa kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu adalah dengan izin Allah, dan agar Allah menguji siapa orang (yang benar-benar) beriman.” (Ali ‘Imran ayat 166).

Peradaban manusia di muka bumi terentang sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, sampai dengan kita sekarang ini. Pada 2021, jumlah penduduk dunia sekitar 7.854.965.732 jiwa. Dalam kurun waktu yang panjang, mungkin ratusan abad, peradaban manusia mengalami pasang surut. Pada tiap-tiap masa kenabian, umat manusia mengalami ujian yang berbeda-beda. Abad milenial, kita, umat manusia, mendapat ujian yang cukup berat dari ciptaan kita-manusia itu sendiri, yaitu robot pintar. Mungkin baik bila kita menyadari bahwa saat ini sedang berlangsung kontestasi antara manusia versus robot pintar yang terangkum dalam suatu perdebatan akademik kontemporer, antroposentrisme versus infosentrisme.

Secara halus, pelan-pelan, manusia diasingkan antara satu dengan yang lainnya. Dalam keluarga, ayah, ibu, dan anak-anak disibukkan dengan gadgetnya masing-masing, berinteraksi penuh intensi dengan sesuatu atau seseorang atau sekelompok orang yang berada nun jauh di sana. Gadget menjauhkan yang dekat sekaligus mendekatkan yang jauh. Manusia bisa terasing dari masyarakatnya, terasing dari keluarganya, terasing dari dirinya sendiri. Bila manusia telah kehilangan kesadaran spiritualitas dan jiwa sosialnya, ia begitu mirip dengan robot pintar itu. Dengan demikian, apakah benar bahwa manusia yang telah mirip robot itu boleh digantikan dengan robot pintar?

Dalam konteks ini, rasanya tidak berlebihan bahwa pesantren menjadi salah satu, kalau bukan satu-satunya, kunci jawaban dalam menjawab tantangan zaman now. Di pesantren, kiai mendidik dan mengajari santri tentang ilmu dan adab, tauhid, akhlak, dan fikih, serta mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama, juga teknologi.

Wa Allah a’lam bi al-Shawab.

Rumah Merah, 14122021.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan