As’adiyah, Pesantren di Perbatasan Indonesia-Malaysia

470 kali dibaca

Kamis (3/8/2023) ini, Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin diagendakan meresmikan Pondok Pesantren As’adiyah di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara. As’adiyah menjadi pondok pesantren pertama yang berada di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia. Sebab, Sebatik bagian utara di kuasai oleh Kerajaan Malaysia, dan Sebatik bagian selatan dikuasai Republik Indonesia.

Pondok Pesantren As’adiyah berlokasi di Jalan Bakhri Husanan RT 02 Desa Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur. Dari awal, keberadaan pesantren ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan anak-anak di perbatasan terluar Indonesia. Tidak heran, jika wali santri dari anak-anak yang belajar Pesantren As’adiyah ini merupakan pekerja migran di Tawau, Sabah, Malaysia.

Advertisements

Pondok Pesantren As’adiyah Sebantik ini sebenarnya merupakan cabang dari Pesantren As’adiyah yang berpusat di Kota Sengkang, Sulawesi Selatan yang diasuh oleh Prof Dr KH Nasrudin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta.

Pembangunan Pesantren As’adiyah Sebantik ini berawal dari kepedulian salah satu pengusaha Pulau Sebatik, Haji Ali Karim, pada pendidikan anak-anak di perbatasan. Pada 2014, Haji Ali Karim membeli lahan dan membangun satu gedung untuk pesantren. Di tahun pertama itu, hanya ada 12 santri.

Untuk menutup kekurangan santri, pihak pondok pesantren akhirnya menerima sejumlah murid-murid sekolah umum yang dikeluarkan sekolah karena masalah kedisiplinan atau masalah kenakalan. Di periode pertama itu, dengan berbagai keterbatasannya, Pesantren As’adiyah terus mencoba mendidik anak anak bangsa menjadi pribadi yang religius, nasionalis, dan patriotis. Hasilnya, banyak santrinya menjadi juara di banyak even MTQ.

Setelah itu, banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk belajar di pesantren ini. Bahkan, pihak pesantren terpaksa menolak karena tempatnya tidak bisa menampung lagi. Karena banyaknya anak-anak perbatasan yang hendak belajar di pesantren ini, terpaksa pihak pondok mengontrak rumah-rumah penduduk untuk dijadikan asrama.

Saat ini, pesantren yang berdiri di lahan seluas 89×200 meter ini memiliki 1.221 santri. Sekitar 317 santri di antaranya merupakan santri mukim atau tinggal di asrama. Untuk mendukung pengembangan pendidikan di daerah perbatasan inilah, pemerintah akhirnya membangun rumah susun (rusun) untuk santri Pesantren As’adiyah Sebantik yang pencanangannya diresmikan Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin.

Rencananya, pelaksanaan pembangunan rusun pesantren ini akan dimulai pada Oktober 2023 dan rampung pada Mei 2024 dengan biaya konstruksi senilai Rp 9,6 miliar. Pimpinan Pondok Pesantren As’adiyah Sebatik, K M Jefri Sakka, berharap pembangunan rusun mampu mengurangi kekurangan fasilitas Pondok Pesantren As’adiyah Sebatik.

“Agar santri-santri kami saat ini yang masih terpisah di rumah kontrakan warga sudah memiliki asrama yang layak di lokasi pondok, sehingga kegiatan pembinaan santri bisa lebih maksimal,” kata K M Jefri Sakka.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan