Amal Jariyah Guru Santri

1,150 kali dibaca

Selepas lulus kuliah, Nopi tidak pernah bercita-cita untuk mengajar di Madrasah Aliyah (MA), lebih-lebih yang berada di pondok pesantren. Tak punya mimpi mengajar santri.

Suatu hari, Nuribi, temannya yang pernah menjadi guru di Pondok Pesantren Al-Hikmah, dimintanya untu membatu mencarikan lowongan pekerjaan. Nuribi lalu mencari nomor handphone Pras, temannya  yang masih mengajar di MA Al-Hikmah.

Advertisements

“Assalamualaikum Pras, bagimana kabarmu?”

“Waalaikumsalam, Bing. Alhamdulillah baik.”

“Kamu masih ingat tidak dengan teman kuliah kita yang bernama Nopi?”

“Masih, teman kamu satu kos dulu, kan? Dia juga temanku sekelas di semester awal kuliah. Mana mungkin aku lupa.”

“Nopi sekarang mau pulang kampong karena ia ingin menemui ibunya. Dia sedang mencari lowongan guru Bahasa Indonesia. Kalau ada lowongan guru Bahasa Indonesia di MA Al-Hikmah, kamu kabari ya?”

“Iya, Bing. Insyaallah.”

***

Nopi memang diminta oleh kakak-kakaknya untuk pulang ke kampung halaman agar bisa menemani ibunya. Semenjak kedua kakaknya menikah, mereka memutuskan untuk tinggal di rumah mertuanya. Hal itu menyebabkan ibunya sendirian di rumah.

Kebetulan, di perantauan Nopi juga sudah mulai kesepian. Semua teman kuliahnya pulang kampung seusai wisuda. Para mahasiswa baru yang datang untuk mengisi kamar-kamar kos temannya tidak mampu mengisi ruang hampa di hatinya. Ada kejadian yang membuat Nopi sebal. Selama empat tahun lebih, helm dan sepatunya yang selalu diletakkan di rak sering raib.

“Ya tidak mengapa kamu pulang. Jika kamu takut tidak mendapatkan pekerjaan, cobalah memasukkan lamaran ke berbagai sekolah,” kata Bu Ismi, ibunya Nopi.

***

Setelah lulus kuliah, Nopi pernah mengajar di berbagai sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMK. Tetapi, kali ini ia akan mencoba mengajar di Madrasah Aliyah, yang mayoritas siswanya merupakan santri.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan