Al Kindi dan Gagasan Filsafatnya

1,911 kali dibaca

Al-Kindi merupakan filusuf pertama yang diakui oleh ahli filsafat Islam. Ia lahir di Kufah dan wafat di Baghdad. Ia hidup pada zaman kejayaan Dinasti Abbassiyah. Ia termasuk dari golongan kaum terpandang. Ayahnya merupakan salah seorang yang masuk dalam birokrasi pada waktu itu dan menjabat sebagai gubernur

Perjalanan kehidupan Al-Kindi mengalami beberapa tantangan. Ia mengalami kekejaman dan penyiksaan yang dilakukan oleh kaum bangsawan religius yang ortodoks dikarenakan pemikirannya dianggap bidah.

Advertisements

Meskipun ia hidup di zaman kekejaman itu, semangat Al-Kindi tisak surut. Ia masih menulis beberapa karya tulis yang membahas mengenai metafisika sampai kepada teologi. Ada beberapa karya Al-Kindi yang sangat terkenal, salah satunya yaitu al Falsafat al-Ula yang membicarakan mengenai metafisika dan al-Ilmu al-Ilahi membicarakan mengenai teologi

Menurut Al-Kindi, definisi filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia. Dalam filsafatanya, ia merelasikan antara pengetahuan bayani dan burhani.

Al-Kindi, disamping seorang filusuf, juga merupakan seorang penulis, penerjemah buku-buku asing, baik itu yang berasal dari Yunani atupun India. Ia juga terkenal sebagi ahli logika, ilmu hitung/aritmatika, musik, astronomi, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, dan meteorologi.

Filsafat Al-Kindi

Dalam filsafat Al-Kindi, di samping berlandaskan wahyu (bayani), ia juga bertumpu pada prosisi filosofis/akal (burhani). Menurut Al-Kindi, filsafat adalah ilmu yang membicarakan sebab dan akibat, mencari sebab pertama dari semua realitas yang ada.

Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu serta kearifan dari segala kearifan[1]. Filsafat juga bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama yang merupakan kebudayaan dalam Islam. Dalam hal ini Al-Quran dan hadis merupakan sumber hukum dari Islam yang membutuhkan pemahaman yang metodis, radikal, universal, koimperehensif, bahkan sistematis.

Tentang Tuhan

Dalam buku pemikiran filusuf muslim dari masa ke masa, menurut Al-Kindi, Tuhan itu tidak mempunyai hakikat secara juz’iyyat atau anniyah (sebagian), maupun hakikat secara kulliyah atau mahiyyah (keseluruhan). Tuhan juga tidak spesies atau genus. Akan tetapi, Tuhan adalah khalik yang pertama (al-Haq al-Awwal) dan yang tunggal (al-Haqq al-Wahid). Dalam filsafat Al-Kindi, ia memadukan antara filsafat Yunani dan Islam yang disesuaikan dengan informasi dalam al-Quran. Menurut Al-Kindi, alam semesta ini disebabkan oleh sebab yang jauh (‘illat ba’idat ilahy) yakni Allah.

Al-Kindi juga menolak anggapan mengenai sifat-sifat Tuhan yang berdiri sendiri dikarenakan Tuhan mempunyai ke-Esa-an yang sangat mutlak. Bukan ke-Esa-an yang hanya metaforis, yang hanya berlaku pada objek-objek yang dapat ditangkap oleh panca indera. Tuhan tidak mempunyai sifat-sifat yang terlepas dari-Nya sendiri. Sifat Tuhan seharusnya tidak terlepas dari dzat Tuhan itu sendiri.

Tentang Jiwa

Pandangan mengenai jiwa dalm konsep Al-Kindi hampir sama dengan konsepannya Rene Descartes, yakni jiwa itu mempunyai esensi dan eksisrnsi yang terpisah dari tubuh dan tidak bergantung dengan satu dan yang lainnya.

Al-Kindi membagi jiwa ada tiga bagian, yaitu pertama, daya nafsu (al-quwwah asy-syahwatiyah). Kedua, daya pemarah (al-quwwah al-ghadhabiyah). Ketiga, daya pikir. Daya pikir di sini yang dimaksud adalah akal. Al-Kindi membagi akal menjadi tiga macam, yakni akal yang bersifat potensial, akal yang keluar dari potensial dan aktual, dan akal yang mencapai tingkat kedua dari aktualitas.

Menurutnya, akal yang bersifat potensial tidak mempunyai sifat aktual tanpa ada kekuatan yang menggerakannya dari luar. Akal tersebut membuat akal yang bersifat potensial dalam roh manusia menjadi aktual. Sifat-sifat akal ini adalah ada lima, yaitu merupakan akal pertama, selamanya dalam aktualisasi, merupakan spesies dan genus, membuat akal potensial menjadi aktual berpikir, dan tidak sama dengan akal potensial, tetapi lain dari padanya.

Dalam hal moral, Al-Kindi menyatakan juga bahwa orang berpengetahuan adalah orang yang berbudi baik, dan orang yang berbudi baik akan menggunakan pengetahuannya itu dengan baik, maka dikatakan sebagai orang yang adil.

Tentang Logika

Dalam hal logika, Al-Kindi membedakan antara akal dan rasio. Rasio di sini adalah sebagian dari kekuatan akal, karena yang disebut dengan akal hanyalah kekuatan berpikir yang semata-mata bertumpu pada kinerja panca indera. Sedangkan, akal adalah kekuatan berpikir yang selain  bertumpu kepada kekuatan panca indera, juga dibantu oleh kekuatan hati atau perasaan.

Al-Kindi membagi akal menjadi empat bagian, yaitu akal yang aktif, potensi, habitual, dan manifes. Ia mengembangkan akal ini sesuai dengan pengembangan dalam ajaran Plato dan Aristoteles.

Menurut Al-Kindi, ada satu macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan bermakna: akal yang selamanya dalam aktualitas. Karena dalam aktualitas, akal inilah yang membuat akal potensial dalam roh manusia menjadi akal.

Referensi: Dr H Abu Tholib Khalik, M.hum., Pemikiran Filusuf dari Masa ke Masa, (Ladang Kata, Yogyakarta 2016).

Multi-Page

Tinggalkan Balasan