Al-Jawāhir, Tafsir Saintifik Karya Jawharī

302 kali dibaca

Tafsir Al-Qur’an terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada masa Rasulullah, para sahabat bertanya secara langsung kepada Rasulullah untuk mendapatkan maksud yang benar dari suatu ayat. Namun, ketika Rasulullah wafat, para sahabat tersebut kemudian memahami Al-Qur’an dengan berpedoman pada penjelasan Rasulullah semasa hidupnya.

Selain itu, para sahabat kemudian juga menggunakan ijtihad dalam memahami ayat Al-Qur’an. Pada abad ke-2, penafsiran Al-Qur’an semakin berkembang, ditandai dengan munculnya para tokoh tafsir dengan karyanya. Diawali dengan munculnya Jāmi’ al-Bayān fī Tafsīr Al-Qur’an karya Imam Ibnu Jarīr al-Ṭabarī.

Advertisements

Pada masa Abbasiyah, peradaban Islam mengalami puncak keemasan. Pada masa tersebut, muncul tafsir Al-Qur’an dengan berbagai corak dan aliran, seperti tafsir fiqhi, sufi, balaghi, falsafi, dan ilmi (saintifik).

Di antara para tokoh yang muncul pada masa tersebut adalah Iman al-Zamakhshari dengan karyanya yang berjudul tafsir al-Kashshaf bercorak bahasa.

Kemudian ada Fakhruddīn al-Razi dengan karyanya Mafātiḥ al-Ghaib bercorak falsafi, tafsīr bercorak fiqhi karya Qurṭubī yang berjudul al-Jāmi’ li Aḥkām Al-Qur’an, ada juga yang bercorak adābi ijtima’i yang berjudul  al-Manār karya Muhammad ‘Abduh dan Rashid Riḍa. Selain itu, mucul juga tafsir ‘ilmī atau disebut dengan saintifik.

Munculnya Tafsir ‘Ilmī 

Al-Qur’an merupakan kitab yang di dalamnya mencakup berbagai aspek, di antaranya yaitu akidah, syariat, akhlak, serta ilmu pengetahuan dan sains. Bahkan, persentase ayat kawniyah dalam Al-Qur’an lebih banyak.

Para mufasir yang ahli dalam ilmu sains akan menafsirkan Al-Qur’an dengan dikaitkan dengan ilmu sains. Hal itu yang kemudian dikenal dengan tafsir ‘ilmī.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan