Aksioma Etika Islam dalam Merespons Perbedaan Budaya

936 kali dibaca

Tuhan menciptakan pasangan manusia untuk menandai awal kehidupan umat manusia di bumi, dan semua orang yang hidup di dunia saat ini berasal dari pasangan ini. Keturunan dari pasangan ini awalnya satu kelompok dengan satu agama dan bahasa yang sama. Tetapi ketika jumlah mereka meningkat secara bertahap, mereka menyebar ke seluruh bumi dan, sebagai hasil alami dari diversifikasi dan pertumbuhan mereka, dibagi menjadi berbagai suku dan kebangsaan. Mereka datang untuk berbicara dalam bahasa yang berbeda, model pakaian mereka bervariasi, dan cara hidup mereka juga sangat berbeda. iklim dan lingkungan mempengaruhi warna dan fisik mereka.

Semua perbedaan ini ada di dunia realitas dan Islam berusaha untuk tidak mengabaikannya. Akan tetapi, itu tidak membuat prasangka yang muncul di antara umat manusia ini hilang karena perbedaan ras, warna kulit, bahasa dan kebangsaan. Islam menjelaskan kepada semua manusia bahwa mereka berasal dari orang tua yang sama dan karena itu bersaudara dan setara sebagai budaya manusia.

Advertisements

Budaya telah didefinisikan sebagai “totalitas pola perilaku, seni, kepercayaan, institusi, dan semua produk lain dari karya manusia dan karakteristik pemikiran yang ditransmisikan secara sosial dari suatu komunitas atau populasi. Ini adalah seperangkat keyakinan, sikap, nilai, dan pola perilaku bersama dari suatu kelompok atau organisasi.” (Kamus Universal Readers Digest)

Agama di sisi lain adalah “ekspresi kepercayaan dan penghormatan manusia kepada Tuhan atau dewa-dewa yang menciptakan Semesta dan mengaturnya.” Adalah naif untuk berpikir bahwa agama apa pun mencakup totalitas budaya seperti halnya berpikir bahwa budaya apa pun semata-mata produk dari suatu agama.

Islam, seperti banyak agama lain, mengklaim sebagai universal yang mengakomodasi budaya semua pemeluknya asalkan batas-batas hukum agama tidak dilanggar. Islam mengatakan bahwa jika ada perbedaan nyata antara manusia dan manusia, itu bukan perbedaan ras, warna kulit, negara atau bahasa, tetapi perbedaan ide, keyakinan, dan prinsip.

Sebagaimana contoh, dua anak dari ibu yang sama, meskipun mereka mungkin sama dari sudut pandang nenek moyang yang sama, harus menempuh jalan hidup yang berbeda jika keyakinan dan perilaku moral mereka berbeda.

Sebaliknya, dua orang, satu di Timur dan yang lain di Barat, meskipun secara geografis dan lahiriah dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh, akan menapaki jalan kehidupan yang sama, jika mereka memiliki kode perilaku moral yang sama.

Atas dasar prinsip fundamental ini, Islam berusaha membangun masyarakat yang berprinsip dan ideologis yang sangat berbeda dari masyarakat rasial,nasionalistik, dan parokial (budaya politik rendah) yang ada di dunia saat ini.

Keanekaragaman adalah sesuatu yang Tuhan ciptakan untuk kita jalani guna memperkaya hidup kita. Tidak ada yang salah dengan seorang Muslim, tidak peduli apa identitas budaya mereka, menghargai dan bangga dengan budaya dan warisan mereka.

Kita sebagai seorang muslim, harus selektif dan berhati-hati dalam memilih dan memilah budaya yang datang. Prinsip panduan yang harus digunakan adalah: Islam adalah filter yang melaluinya praktik budaya dan keyakinan dapat disaring. Apa pun dari budaya (adat, seni, lembaga sosial, dll.) yang bertentangan dengan keyakinan atau ajaran Islam harus ditinggalkan, tetapi jika tidak, yang lainnya bisa tetap ada.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, seseorang yang menerima Islam tidak menghalangi mereka untuk mempertahankan identitas budaya mereka. Keanekaragaman budaya adalah sesuatu yang sengaja diciptakan Tuhan untuk umat manusia dan Nabi Muhammad SAW juga menganut hal ini. Menggunakan “filter Islam” dengan semua praktik budaya adalah cara sederhana untuk menyingkirkan apa pun yang mungkin tidak sesuai dengan Islam. Seorang Muslim baru yang mengintegrasikan identitas budaya unik mereka sendiri dengan Islam membuat hidup mereka lebih baik.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan