Peran Pesantren dalam Membangun Peradaban di Indonesia

50 views

Sejarah mencatat bahwa pesantren sejak kemunculannya sampai detik ini telah memberikan banyak kontribusi berharga bagi bangsa Indonesia. Mulai dari aspek keilmuan, sosial-budaya, hingga ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan keberadaannya sebagai pusat islamisasi dan studi islam yang paling dipercaya umat islam, pengaruhnya terhadap lingkungan, pertumbuhan ekonomi.

Struktur pendidikan yang dipimpin oleh kiai dan asrama sebagai institusi, menjadikan pesantren memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan pendidikan lain. Sebab, tidak hanya menyampaikan pengetahuan-pengetahuan agama, akan tetapi juga berkontribusi besar terhadap peradaban.[1].

Advertisements

Oleh karenanya, Taufik Abdullah mencatat bahwa pesantren merupakan pusat pemikiran keagamaan.[2] Secara umum terdapat tiga ruang lingkup peran pesantren dalam membangun peradaban di Indonesia ini. Berikut uraiannya:

Pertama, peran di bidang keilmuan. Pesantren memiliki transmisi pengetahuan unggul yang sering disebut dengan sanad atau ijazah. Ijazah sendiri merupakan proses mata rantai keilmuan yang mempunyai ketersambungan dan kejelasan sumbernya. Tujuannya tidak lain guna menjamin keotentikan ilmu tersebut. Sehingga pemahaman dan pemikiran yang diperoleh para santri dapat dipastikan sesuai dengan pengarang kitab, kiai, sampai kepada pendahulu-pendahulunya.

Melalui ikatan geneologi inilah, keilmuan antarpesantren saling berhubungan dan bermuara pada tokoh besar ulama Nusantara, seperti Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1315 H), bahkan ulama Haramain. Selain itu, pesantren juga mempunyai ideologi yang telah mengakar, yaitu semangat mencari ilmu sampai liang lahat (tholabul ilmi minal mahdi ila al-lahdi).

Tradisi tersebut tidak hanya berhenti saat para santri berada di lingkungan pesantren saja, akan tetapi terus dilanjutkan dan dikembangkan sesampai mereka di masyarakat. Kelebihan ilmu agama dan karakter pemimpin yang mereka miliki itulah yang mengantarkan mereka menjadi tokoh-tokoh agama yang membimbing umat.[3]

Kedua, peran dalam bidang sosial-budaya. Sikap masyarakat hakikatnya merupakan cerminan dari figur ulamanya. Ulama  mempunyai status sosial yang tinggi dalam struktur masyarakat. Status sosial tersebut menjadikan masyarakat seringkali meminta pertimbangan bahkan keputusan seputar keagamaan, kekeluargaan, dan sebagainya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan