Yerusalem: Di Kota yang Mendoakan dan Membakar

5 views

Kota itu berdiri di atas lapisan-lapisan waktu, seperti cat yang menutupi tembok tua: tak ada satu pun yang benar-benar terhapus. Ia dikenal sebagai kota suci, tapi kesucian di sana terasa seperti retakan yang terus menganga.

Di sinilah Lesley Hazleton menuliskan Yerusalem, Yerusalem, bukan sebagai jurnalis yang melaporkan, bukan pula sebagai sejarawan yang mencatat. Ia menulis sebagai seseorang yang pernah hidup di dalam tubuh kota itu—dan keluar darinya dengan luka yang tak bisa disembuhkan.

Advertisements

Dalam buku ini, tidak ada klimaks, tidak ada simpulan. Hanya gerak maju dan mundur dari kenangan yang berat. Hazleton datang ke Yerusalem untuk tinggal sementara, tapi ia menetap lebih dari satu dekade. Ia tidak menulis tentang kota itu dengan jarak. Ia menulis dengan napas yang masih terengah, dengan pandangan yang sudah buram karena terlalu lama menatap api dari dekat.

Yerusalem yang ditulis Hazleton bukan Yerusalem dari brosur wisata atau laporan diplomatik. Ia adalah Yerusalem yang sesak oleh ideologi, yang pekat oleh iman, yang setiap lorongnya menyimpan bisik-bisik pengakuan dan pengkhianatan. Kota tempat agama menumpuk, dan mungkin karena itu juga tempat cinta dan kebencian sulit dibedakan.

Hazleton mencatat sesuatu yang penting: bahwa Yerusalem bukan hanya tempat tinggal para manusia yang percaya, tapi juga tempat tinggal para manusia yang menuntut. Kesucian bukanlah karunia, melainkan klaim. Dan setiap klaim, pada akhirnya, menuntut pengorbanan. Di kota ini, seseorang bisa berdoa dengan khusyuk di pagi hari, lalu melempar batu di sore harinya. Antara iman dan amarah, hanya dibatasi oleh jalan setapak.

Kesucian yang Menuntut Korban

Ada satu kesunyian yang terasa di halaman-halaman buku ini: semacam kelelahan. Kelelahan karena menyaksikan kota yang terus menuntut kesetiaan mutlak, dan tak pernah memberi ruang bagi keraguan. Hazleton bertemu dengan orang-orang yang dulu lembut, lalu menjadi militan. Ia melihat bagaimana keyakinan, bila dibiarkan berjalan tanpa pengawasan, bisa berubah menjadi topeng kekuasaan.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan