Pada Juli 2025 kami ditugaskan melakukan kunjungan lapangan guna pendampingan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (K2N). K2N dilaksanakan di Desa Wonokitri, yang berada di lereng Gunung Bromo di Jawa Timur.
Siang itu, setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan di kampus, kami pun bergegas menuju stasiun Gambir. Perjalanan dari kampus UI Depok menuju Desa Wonokitri di lereng Gunung Bromo tidak saja memberi pengalaman berbeda bagi kami. Setelah menempuh perjalanan beberapa jam dari Jakarta menuju Kota Malang, dan kemudian berganti transportasi melewati jalan sempit berliku, kami tiba di sebuah desa yang menyimpan jejak sejarah Suku Tengger sejak abad ke-10, sebagaimana tercatat dalam Prasasti Walandhit (929 M).

Wonokitri bukan sekadar pintu masuk menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Ia adalah ruang hidup masyarakat yang teguh merawat adat, menjalankan upacara, dan menjaga harmoni dengan alam. Lanskap pegunungan, ladang tanaman holtikultura, serta tradisi religius menjadi identitas yang membedakan desa ini dari destinasi wisata biasa.
Sungguh beruntung program K2N UI yang bekerja sama dengan BCA dapat melakukan program K2N di desa ini. Yang melakukan K2N di Wonokitri adalah SAVANA, singkatan dari Sustainable Action for Village: Environment, Education, and Health in Wonokitri. Tim ini merupakan pemenang Generasi-Z Berbakti BCA, yang selama sebulan melaksanakan inisiatif berbasis lingkungan, pendidikan, dan kesehatan. Tim yang beranggotakan 12 mahasiswa ini berada di Wonokitri selama sebulan penuh.
Salah satu kontribusi nyata mereka adalah pemasangan alat bernama Si-Cuhal. Si-Cuhal merupakan alat Sistem Informasi Curah Hujan Lokal yang dikembangkan oleh Departemen Geosains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Platform ini bertujuan untuk menyediakan informasi curah hujan yang lebih detail dan akurat, terutama bagi para petani dan pemerintah daerah, guna mendukung kegiatan pertanian dan pengelolaan sumber daya air, dan juga berfungsi untuk mendeteksi potensi tanah longsor.
Berdasarkan hasil diskusi dengan Ibu Sani (istri kepala desa Wonokitri) dan beberapa tokoh masyarakat, program yang dibawa mahasiswa UI ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena itu, masyarakat menyambut baik program kerja yang dibawa oleh adik-adik mahasiswa UI.
Sementara itu, menurut Ketua Tim SAVANA UI, Farida Doa Valentina, keberhasilan program K2N ini tak lepas dari kemampuan beradaptasi seluruh anggota tim: pertemuan dilakukan malam hari menyesuaikan jadwal petani, serta kolaborasi dengan perguruan tinggi lokal dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan gratis. Pendekatan ini bukan hanya memperkuat keberlanjutan program, tetapi juga membangun kepercayaan sosial.
Setelah sebulan berada di Desa Wonokitri, peserta K2N memperoleh pelajaran penting. Seperti yang ditunjukkan Wonokitri, ternyata pembangunan dapat berangkat dari hal sederhana: sebuah alat deteksi bencana, dialog dengan petani, hingga penghormatan pada ritual adat.
Menurut mereka, Ilmu pengetahuan yang kami dapatkan di sini tidak berdiri sendiri. Di Wonokitri, kearifan lokal melahirkan ruang baru bagi masyarakat untuk bertahan dan berkembang. Jauh berbeda dengan yang sering kami temui. Itulah beberapa hal yang dapat kami rekam selama perjalanan kami ke Desa Wonokitri
Kami meninggalkan Wonokitri dengan kesadaran bahwa harmoni antara manusia, alam, dan tradisi bukan sekadar narasi romantik, tetapi fondasi yang nyata bagi masa depan desa-desa di kawasan pegunungan.