Wajah Tuhan dalam Ayat-ayat Kauniyah

1,440 kali dibaca

Vera Rubin, Seorang astronom perempuan berkebangsaan Amerika, yang mengemukakan teori “Dark Matter” pernah berkata: Keteraturan menawan yang diperlihatkan oleh pemahaman kita atas dunia dunia fisik menuntut adanya ketuhanan.

Dalam Islam, ajaran untuk ber-makrifat merupakan perintah yang manifestasinya untuk memperkokoh konstruksi teologi pemeluknya. Tujuannya agar mampu menciptakan bangunan peribadatan yang berisi dan tidak kering, serta kokoh dengan berlandaskan fondasi teologi yang lurus.

Advertisements

Memang secara rasio, manusia memiliki keterbatasan indra untuk merepresentasikan wujud Tuhan secara jelas. Sehingga, untuk mendefinisikan dzat Tuhan perlu adanya bantuan seorang Utusan atau lebih dikenal dengan Rasul guna mendiktekan lantunan kehendak Tuhan akan dzat-Nya melalui wahyu.

Tuhan adalah Wajibul Wujud dan sebab dari segala yang ada, yang memproyeksikan dzat-Nya tidak secara langsung, akan tetapi melalui tanda kekuasaan-Nya yang maha dahsyat. Segala keteraturan alam semesta, peredaran tatasurya, keberadaan galaksi, sampai rotasi dan revolusi Bumi merupakan bukti autentik yang begitu jelas bahwa Tuhan itu ada dan maha segalanya.

Dari sepenggal kutipan Vera Rubin terseebut, bahwa kunci meyakini adanya Tuhan dan Ketuhanan adalah melalui segala bentuk keteraturan tatanan semesta ini. Pakar mutakallimin atau teolog muslim saat mendefinisikan tentang bagaimana kekuatan dan kekuasaan Tuhan akan menjawab “alam semesta“, hatta, saat menjelaskan bukti keberadaan eksistensi Tuhan mereka merumuskan jawabannya “kaunul alam” atau bahwa keberadaan alam semesta ini menjdi bukti wujud eksistensi Tuhan. Segala sesuatu bukan terjadi dengan sendirinya, pasti ada sebab di baliknya, sama halnya keberadaan alam semesta ini pasti ada sebab. Jawaban dari semua pertanyaan tentang sebab segala sesuatu adalah “Tuhan”.

Al-Qur’an adalah kitab suci berisi “way of life” bagi umat Islam, juga ikut andil besar dalam menuntun umat manusia tidak hanya umat Islam saja akan eksistensi Tuhan. Ayat kauniyah merupakan ayat yang mencoba menjelaskan dengan pendekatan dialektika proses penciptaan alam semesta yang mendefinisikan sifat kemahakuasaan Tuhan.

Ayat kauniyah, yaitu ayat-ayat yang menjelaskan segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi berbagai varian ciptaan Allah, baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos). Bahkan juga meliputi sesuatu yang ada dalam diri kita baik secara fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah. Ayat kauniyah ini sering juga disebut dengan fenomena alam.

Allah menyusun puing-puing konstruksi keyakinan umat Islam terhadap eksistensi-Nya dengan demonstrasi Qudroh Irodah-Nya sebagaimana deskripsi ayat kauniyah. Narasi yang dibangun dalam ayat kauniyah ini selalu mengajak beranalogi sehat tanpa belenggu patriarkhi apapun sehingga tak heran banyak sekali ilmuwan yang cerdas logikanya terpincut dengan narasi Al-Qur’an sehingga meminang Islam sebagai labuhan keyakinannya dan beralih status sebagai “muallaf”.

Sebut saja di antaranya adalah Maurice Bucaille. Ia merupakan ilmuwan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920, yang meneliti jasad Fir’aun. Ia sempat mengalami keganjalan di logikanya saat melakukan penelitian di jasad mumi Fir’aun. Bukan tanpa sebab, ia menemukan di mumi tersebut terdapat sisa-sisa garam yang melekat pada jasad tersebut yang mengarahkan pada hipotesa dan pada akhirnya menjadi petunjuk bahwa mumi Fir’aun tersebut meninggal karena tenggelam. Menurut beberapa riwayat, bahwa jasad mumi tersebut baru dikeluarkan dari laut kemudian dibalsem untuk pengawetan. Namun tetap saja menjadi sebuah pertanyaan bahwa mengapa mumi Fir’aun tersebut kondisinya masih lebih baik dibandingkan dengan jasad mumi pada umumnya. Hal ini senada dengan apa yang telah Al-Qur’an dalam Surat Yunus 92,

(فَٱلۡیَوۡمَ نُنَجِّیكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنۡ خَلۡفَكَ ءَایَةࣰۚ وَإِنَّ كَثِیرࣰا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنۡ ءَایَـٰتِنَا لَغَـٰفِلُونَ)

Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul “Les momies des Pharaons et la Midecine” (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern).

Ia lalu mendengar bahwa Al-Qur’an sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya Firaun. Kabarnya, setelah mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaille beralih ke Islam.

Kisah lain datang dari seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Prancis, Jacques-Yves Cousteau (11 Juni 1910-25 Juni 1997) yang melakukan eksplorasi bawah laut. Saat ia melakukan penyelaman, tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut. Seakan-akan ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Kemudian pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang profesor Muslim dan menceritakan fenomena itu. Profesor itu teringat pada ayat Al-Qur’an tentang bertemunya dua lautan pada surat Ar Rahman Ayat 19-20. Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau kagum dan dikatakan ia memeluk Islam.

Dan masih banyak sekali kisah turunnya hidayah Allah melalui pemahaman mereka terhadap bukti nyata kebesaran Tuhan melalui narasi ayat kauniyah.

Sebagai penutup, kita simak perkataan tokoh ilmuwan yang menemukan Teori fenomenal tentang Hukum Gerakan dan Hukum Gravitasi, ia adalah Sir Isaac Newton:

“Gravitasi menerangkan gerakan planet-planet, namun tidak dapat menerangkan siapa yang menggerakkannya pertama kali. Tuhan mengatur semua hal dan mengetahui apa saja yang ada atau dapat dilakukan”.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan