Tirakatan Santri

2,800 kali dibaca

Bagi kalangan santri sudah tak asing lagi dengan istilah tirakat, bahkan sudah melekat dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan pesantren. Kalau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, istilah tirakat bermakna menahan hawa nafsu, seperti berpuasa, berpantangan, atau mengasingkan diri ke tempat yang sunyi.

Ada banyak jenis tirakat yang dijalani para santri selama di pondok. Misalnya tirakat puasa. Ini pun macamnya banyak, di antaranya adalah puasa mutih atau puasa hanya makan nasi dan minum air putih. Ada juga puasa ngrowot, yaitu puasa yang meninggalkan nasi putih. Atau puasa dalail, yaitu puasa seperti biasa yang dibarengi dengan bacaan wirid dalail. Ada lagi puasa dahr, yaitu puasa selama setahun. Dan masih banyak jenis puasa lainnya.

Advertisements

Ada juga jenis tirakat berupa salat lima waktu secara berjamaah, tirakat gundul selama empat puluh minggu alias kurang lebih setahun lebih yang setiap pada hari rabu dipotong gundul, tirakat membaca wirid-wirid tertentu, yang semuanya tidak terlepas dengan bimbingan sang kiai dan harus dengan ijazah yang diberikan.

Dan yang paling penting adalah tirakat mempeng atau rajin dalam mengaji, mempeng dalam belajar, dan masih banyak jenis tirakat lainnya.

Dari sekian banyak jenis tirakat yang dijalankan, santri biasanya melakukannya atas kehendak sendiri dan dengan izin serta ijazah dari sang kiai. Dalam kenyataan, dan sudah menjadi kebiasaan selama hidup di pesantren, banyak santri yang melakukan berbagai tirakat.

Bahkan, tak jarang juga banyak santri yang sudah boyong atau sudah tidak hidup di pesantren masih melakukan tirakat yang sudah biasa diamalkan ketika waktu di pesantren. Biasanya, yang dilakukan oleh para santri yang sudah tidak tinggal di pondok ini adalah tirakat dengan bacaan wirid-wirid yang biasa dibaca di pesantren.

Dalam tradisi di lingkungan pesantren, tirakat diyakini sebagai salah bentuk usaha batin yang yang memunyai banyak keutamaan, semisal membuka hati menjadi lapang, menambah pemahaman dalam proses belajar, membuka pintu rezeki, dan lain sebagainya.

Namun, terlepas dari berbagai keutamaannya, tetap yang diutamakan dari semua laku tirakat tak lain hanyalah untuk menahan dari hawa nafsu, mengelola hawa nafsu, melatih hawa nafsu, agar jiwa dan diri menjadi jernih.

Wallahu a’alam.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan